Profesor yang Bocorkan Data Pengguna Facebook Ternyata Dipancing PSK Cantik

Senin, 26 Maret 2018

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Bos Facebook, Mark Zuckerberg akhirnya meminta maaf secara terbuka. Iklan permohonan maaf itu dimuat satu halaman penuh di beberapa surat kabar papan atas di Amerika Serikat dan Inggris pada Minggu (25/3/2018).

Facebook meminta maaf secara terbuka tentang skandal Cambridge Analytica, dan penyalahgunaan data pribadi yang dilaporkan dari 50 juta orang.

Dilansir CBS News pada Senin (26/3/2018), iklan permintaan maaf yang ditandatangi oleh bos Facebook itu berbunyi: "Anda mungkin pernah mendengar tentang aplikasi kuis yang dibuat oleh peneliti universitas yang membocorkan data Facebook jutaan orang pada tahun 2014."

Kata "peneliti universitas" adalah representasi dari sosok profesor Universitas Aleksandr Kogan, yang menurut Facebook, telah melanggar kebijakan privasinya dengan memberikan data pengguna ke Cambridge Analytica tanpa izin.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan kepada CBS News, bahwa iklan tersebut muncul pada hari Minggu di Inggris, yakni di surat kabar Sunday Times, Sunday Telegraph, Observer, Mail on Sunday, Sunday Mirror dan Sunday Express.

Sedangkan di Amerika Serikat, iklan permintaan maaf terbuka itu dimuat di harian The New York Times, Washington Post dan Wall Street Journal, dan secara resmi terbit pada Senin ini.

"Ini adalah pelanggaran kepercayaan, dan saya menyesal kami tidak melakukan lebih banyak pada saat itu. Kami sekarang mengambil langkah untuk memastikan ini tidak terjadi lagi," tulis Zuckerberg.

Surat itu diakhiri dengan ucapan terima kasih kepada pengguna atas kepercayaan untuk beraktivitas di komunitas Facebook. "Saya berjanji untuk melakukan yang lebih baik untuk Anda,” tulis Zuckerberg di akhir iklan.

Minggu lalu, nilai kapitalisasi pasar raksasa media sosial tersebut turun sekitar US$ 50 miliar atau sekitar Rp688 triliun akibat dari terkuaknya skandal Cambridge Analytica.

Sementara itu, skandal Cambridge Analytica terkuak berkat investigasi reporter media Inggris, Channel 4 News yang bertemu dengan sejumlah eksekutifnya dengan berpura-pura sebagai klien potensial dari Sri Lanka.

Berkedok perwakilan dari sebuah keluarga tajir di Sri Lanka, wartawan yang menyamar mengaku ingin mengubah hasil pemilu di negara Asia Selatan itu. Dalam rekaman kamera tersembunyi, CEO Cambridge Analytica Alexander Nix terekam membeberkan cara kerja perusahaannya.

Meski awalnya membantah bahwa Cambridge Analytica menggunakan teknik "jebakan" untuk lawan, Nix dalam rekaman kemudian justru membeberkan trik-trik "kotor" yang lazim mereka gunakan.

Seperti dikutip dari News.com.au pada Selasa (20/3/2018), Nix juga berkoar bahwa adalah hal yang mudah untuk menyebarkan informasi pernyataan seorang politikus agar dipercaya banyak orang, meski itu sejatinya tak benar.

Menurut media Inggris, Guardian, Nix juga menjelaskan secara rinci tentang layanan yang diberikan para eks mata-mata yang mereka pekerjakan.

CEO Cambridge Analytica mengklaim mampu merekam pihak oposisi sedang menerima suap, atau menggunakan jasa gadis cantik pekerja seks komersial (PSK) asal Ukraina untuk menjebak target.

Perusahaan itu juga mengklaim bisa menganalisis data konsumen, termasuk dari media sosial dan menggelar jajak pendapat atau pooling -- untuk menyampaikan materi pemasaran ke orang-orang yang jadi sasaran. Cambridge Analytica mengaku pernah bekerja di Italia, Kenya, Afrika Selatan, Kolombia and Indonesia. (Sumber: Liputan6.com)