Pertarungan Timses Presiden, Erick Tohir vs Djoko Santoso, Pertarungan Si Kaya Lawan Si Miskin

Ahad, 09 September 2018

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Pertarungan pemilihan presiden semakin sengit. Pasca Joko Widodo - Ma'ruf Amin mengumumkan Ketua Tim Suksesnya Erick Tohir, kini giliran Prabowo - Sandiaga Uno mengumumkan ketum timsesnya, Djoko Santoso. Banyak orang seperti melihat dua wajah yang kontras, pasalnya Erick Tohir merupakan pengusaha kaya dengan asset yang luar biasa, sementara Djoko Santoso berasal dari kalangan angkatan darat yang hidup biasa-biasa saja dan prihatin.

Terpilihnya Djoko Widodo yang pernah menjabat sebagai Panglima TNI tentu membuat prihatin semua pihak, khususnya kalangan pendukung Prabowo - Sandiaga. Pasalnya, sudah rahasia umum kalau anggota angkatan darat hidup dibawah standar, tinggal di barak-barak dan sibuk manunggal dengan rakyat memperjuangkan swasembada pangan. Hal ini berbeda dengan kesatuan lain yang hidup lebih baik, bahkan seorang jenderal angkatan darat bisa hidup lebih susah ketimbang prajurit biasa di kesatuan lain.

Meski begitu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta, Adi Prayitno memberikan catatan terkait kelebihan dan kekurangan dua Ketua Tim Kampanye di dua pasangan calon tersebut.

Menurut Adi, Erick Thohir lebih punya keuntungan lantaran hanya dibebankan tugas fokus ke manajerial tim pemenangan.

''Jadi kemampuan Erick Thohir bisa mengkonsolidasi koalisi pak Jokowi. Bagaimana sukses di klub olahraga dan perusahaan dipindahkan menjadi ketua Timses,'' kata Adi saat dihubungi VIVA, Minggu 9 September 2018.

Erick, kata Adi, hanya relatif melewati rintangan soal bagaimana meredam ego sektoral dari sembilan elite partai politik. Partai politik pun sebetulnya dianggap menerima kehadiran Erick karena belum dianggap memiliki ambisi tertentu dalam politik.

Apalagi hal itu didukung dirinya merupakan pengusaha nasional yang terbilang sukses dan punya jaringan kuat. Erick juga dinilai sebagai perpanjangan tangan Jokowi.

"Erick ini datang dari kalangan profesional. Tentu dia akan bekerja sesuai dengan mandat diberikan. Artinya dia tak punya beban moral politik apa pun, tidak bisa diintervensi elite partai. Profesional, tugas dia hanya memenangkan saja," kata Adi yang merupakan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia.

Soal Djoko Santoso, Adi menyatakan, mantan Panglima TNI itu tak bisa dilepaskan latar belakangnya berkarir di dunia militer.

Djoko yang merupakan Anggota Dewan Pembina Partai Gerindra itu dianggap punya kelebihan memberikan semangat dan doktrin kepada calon pemilih. Tipikal militer, posisi komandan dalam menyampaikan instruksi harus dilaksanakan oleh para prajuritnya memenangkan pertempuran dengan segala cara.

''Dia punya bakat atau talent bagaimana menginjeksi semangat ganti presiden 2019 yang akan datang. Kedua, pak Djoko dari Angkatan Darat. Biasanya Panglima Angkatan Darat rata-rata tahu bagaimana strategi memenangkan suatu pertarungan di tengah kondisi perlengkapan cukup terbatas," ujarnya.

Namun Adi menyampaikan, kelemahan Djoko adalah dari segi usia dan penampilan. Djoko bakal sulit  menggaet pemilih pemula dan kalangan perempuan khususnya kaum ibu.

Selain itu di internal koalisi, Djoko harus menghadapi gejolak di mana Partai Demokrat terlihat masih setengah hati mendukung Prabowo-Sandiaga.

Jika ia terpilih ketua Tim Sukses, kemungkinan besar penolakan datang dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhyono itu dibandingkan dari Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Amanat Nasional.

"Yang jadi problem, Demokrat di banyak pertemuan tidak tampak. Harus ada upaya meredam posisi Demokrat yang tidak terlihat all out," kata dia.

Harus Kerja Keras

Sementara itu Djoko Santoso mengatakan, dirinya akan memakai etos kerja kaum milenial untuk memenangkan Prabowo - Sandiaga. ''Saya harus bekerja seperti orang muda," ujarnya.

Djoko Santoso menerangkan, satu di antaranya ialah bekerja secara militan, siang dan malam. ''Kita bekerja dari pagi sampai malam lah. Kita tidak kenal menyerah, kita tidak menyerah terhadap keterbatasan-keterbatasan yang ada," tuturnya.

Ahli Strategi

Djoko Santoso adalah mantan panglima TNI. Ia dikenal sebagai sosok ahli strategi. Prabowo Subianto pun menyerahkan keris kepada Djoko Santoso sebagai simbol kesatriaan.

''Sudah oke Pak Djoko Santoso," ungkap Prabowo ketika dikonfirmasi wartawan seusai menghadiri perayaan ulang tahun Djoko Santoso di kediamannya di Cipayung, Jakarta, Sabtu (8/9).

Prabowo mengungkapkan, dia menyerahkan keris kepada Djoko sebagai seorang senopati, panglima, sekaligus kesatria yang berjuang bersamanya. "Saya sangat bergembira beliau berjuang bersama saya sekarang."

Meski demikian, deklarasi Djoko Santoso sebagai ketua TKN belum dilakukan. Prabowo mengungkapkan, deklarasi Djoko sebagai ketua TKN akan dilakukan pada saat yang tepat.  "Penetapannya (penetapan capres-cawapres oleh KPU—Red) pada 20 September. Sekitar itulah," ungkap dia.

Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani menjelaskan, salah satu alasan deklarasi belum dilakukan karena susunan TKN untuk pasangan bakal capres-cawapres Prabowo Subianto-Sandiaga Uno belum lengkap.

Anggota Badan Komunikasi DPP Gerindra, Andre Rosiade, membeberkan alasan penunjukan Djoko. Menurut Andre, kemahiran Djoko Santoso dalam meracik strategi membuat Prabowo mantap menunjuk purnawirawan TNI itu sebagai ketua TKN.

“Kemampuan dan pengalaman beliau melakukan perencanaan, pemetaan, dan penguasaan lapangan,” tutur Andre, Sabtu.

Sejumlah prestasi yang berhasil ditorehkan Djoko Santoso menjadi pertimbangan besar bagi pasangan Prabowo-Sandi. Figur Djoko Santoso, ujar Andre, dikenal masyarakat sebagai sosok penting yang berhasil meredam konflik antaragama yang berkecamuk di Maluku sekitar 2002. Kala itu, Djoko menjabat sebagai pangdam XVI Pattimura sekaligus panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan.

Lebih dari itu, ujar dia, hubungan Prabowo dengan Djoko sudah lama terjalin. Prabowo sempat menjadi komandan Batalyon 328 didampingi Djoko Santoso sebagai wakilnya.

Usai pertemuan, petinggi partai koalisi Prabowo-Sandi di rumah Prabowo, Jalan Kartanegara, Jakarta, pada Jumat (7/9), Djoko juga sempat mengumumkan dirinya telah ditunjuk sebagai ketua timses. Meski demikian, kubu Prabowo-Sandi belum mau mengumumkannya secara resmi ke publik.

Ade menjelaskan, Djoko Santoso telah mulai bekerja setelah ditunjuk Prabowo. Tidak hanya itu, pihaknya kini berhasil menemukan dugaan recana kecurangan untuk Pemilu 2019 mendatang.

“Pak Djoko langsung kerja dan terbukti langsung menemukan 25 juta DPT ganda untuk Pemilu 2019,” kata dia.

Tak Sekaya Erick Thohir tapi Semangatnya Telah Teruji

Sementara itu, mantan Kepala Staf Umum TNI, Johannes Suryo Prabowo menanggapi terpilihnya Djoko Santoso menjadi ketua tim sukses Prabowo-Sandiaga Uno. Hal tersebut disampaikan di akun Twitter-nya, @marierteman, Sabtu (8/9/2018).

Suryo Prabowo mengatakan bahwa Djoko Santoso tidak sekaya ketua tim sukses Jokowi-Ma'ruf, Erick Thohir."Djoko Santoso memang tidak sekaya Erick Tohir + 26 anak konglomerat," ujar Suryo Prabowo.

Namun menurut Suryo Prabowo, semangat Djoko Santoso untuk selesaikan tugasnya sudah teruji.

Erick Tohir Pengusaha Kaya

Sementara itu, Erick Tohir adalah sosok utama di balik kesuksesan penyelengaraan Asian Games 2018. Ia adalah ketua panitia atau Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee (Inasgoc). Sementara itu, Kalla juga berperan aktif pada Asian Games 2018 dan bekerja sama dengan Erick Tohir. Pada pesta olahraga terbesar negara Asia itu, Kalla menjadi Ketua Dewan Pengarah Asian Games 2018. "Jadi (Erick) anak hebat untuk bekerja di bidang olahraga, di bidang begini-begini," kata Kalla.

Nama Erick Thohir menjadi tambah populer setelah menjadi ketua dari Indonesia Asian Games Orginizing Committee (INASGOC) 2018.

Erick Thohir lahir di Jakarta, 30 Mei 1970. Di usianya yang ke 48 tahun, Erick merupakan pendiri dan komisaris utama Mahaka Grup. Mahaka Grup merupakan unit usaha yang bergerak di bidang digital dan periklanan. Selain itu, Erick Thohir kini masih menjabat sebagai presiden dari klub sepakbola Italia, Inter Milan yang masih mempertahankan 31 persen kepemilikan di Inter dengan saham mayoritas sebesar 68,55 persen diakuisisi Suning Group pada Juni 2016. Ia juga sempat menjadi pemilik klub bola basket NBA Philadelphia 76ers. Saat ini, Erick masih menjabat sebagai Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) untuk periode 2015-2019.

Sebelumnya banyak orang yang belum mengetahui pengusaha satu ini, Namanya melambung tinggi dan menjadi perbincangan kalangan pecinta sepakbola dunia ketika ia resmi membeli dan menjadi pemilik klub Inter Milan yang berbasis di Italia dari pemilik sebelumnya Massimo Moratti.

Erick Thohir diketahui merupakan seorang pengusaha media dan entertainment. Ia merupakan pendiri dari perusahaan Mahaka Grup. Saudaranya Garibaldi Thohir juga merupakan salah seorang pengusaha batubara yang masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.

Berikut Biografi Erick Thohir serta kisahnya dalam menjadi pengusaha ternama di Indonesia

Nama : Erick Thohir

Lahir : Jakarta, 30 Mei 1970

Agama : Islam

Orang Tua : Teddy Thohir (ayah), Edna Thohir (ibu)

Saudara : Garibaldi Thohir, Rika Thohir.

Istri : Elizabeth Tjandra

Anak : Mahatma Arfala Thohir, Mahendra Agakhan Thohir, Makayla Amadia Thohir, Magisha Afryea Thohir

Erick Thohir menempuh pendidikan sarjananya di di Glendale University. Kemudian ia melanjutkan program Masternya dalam bidang Administrasi Bisnis (Master of Business Administration) di Universitas Nasional California.

Ia memperoleh gelar masternya pada tahun 1993. Meskipun berasal dari keluarga pengusaha, Erick Thohir tidak diperkenankan oleh ayahnya untuk mengurus usaha bisnis keluarganya.

Mendirikan Mahaka Grup

Maka, sekembalinya ke Indonesia, Erick Thohir bersama Muhammad Lutfi, Wisnu Wardhana dan R. Harry Zulnardy, mereka kemudian mendirikan Mahaka Group. Erick Thohir tertarik dengan bisnis media maka Perusahaannya kemudian mengakuisisi harian Republika pada tahun 2001. Saat itu harian tersebut tengah didera krisis keuangan dan berada di ambang kebangkrutan.

Karena belum banyak memiliki pengalaman dalam bisnis media, maka ia kemudian belajar dari ayahnya serta kemudian mendapat bimbingan Jakob Oetama pendiri harian Kompas dan kemudian Dahlan Iskan yang merupakan bos dari Jawa Pos.?

Erick Thohir kemudian menjadi Presiden Direktur PT Mahaka Media hingga 30 Juni 2008. kemudian setelah iitu ia menjabat sebagai komisioner sejak Juni 2010 hingga saat ini.

Kemudian PT Mahaka Group miliknya membeli pula Harian Indonesia dan diterbitkan ulang dengan nama Sin Chew-Harian Indonesia dengan konten editorial dan pengelolaan dari Sin Chew Media Corporation Berhad yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.

Media ini kemudian dikelola secara independen oleh PT Emas Dua Ribu, mitra perusahaan Mahaka Media. Selain itu, Erick juga menjabat sebagai Ketua Komite Konten dan Industri Aplikasi untuk Kamar Dagang Industri (KADIN).

Hingga tahun 2009, Grup Mahaka milik Erick Thohir telah berkembang di dunia media dan menguasai majalah a+, Parents Indonesia, dan Golf Digest

Sementara untuk bisnis media surat kabar, Grup Mahaka memiliki Sin Chew Indonesia dan Republika, sementara untuk Stasiun TV, Grup Mahaka Miliknya memiliki JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio.

Selain di bidang media Erick juga memiliki usaha di bidang periklanan, jual-beli tiket, serta desain situs web. Ia juga pendiri dari organisasi amal “Darma Bakti Mahaka Foundation” dan “Dompet Dhuafa Republika”, serta menjadi Presiden Direktur VIVA grup dan Beyond Media.

Dibidang olahraga karena Eick sangat mencintai olahraga bola basket, maka ia mendirikan klub Bola Basket Mahaka Satria Muda Jakarta dan Mahaputri Jakarta.

Ia bercita-cita menjadikan olahraga tak hanya sebagai hobi, melainkan pula sebagai lahan bisnis yang menguntungkan bagi atlet dan pemilik klub.

Erick Thohir juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum PERBASI pada periode 2006 hingga 2010 dan kemudian menjabat sebagai Presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) selama dua kali. Yaitu periode 2006 hingga 2010 dan 2010 hingga 2014. Tahun 2012 Erick dipercaya sebagai Komandan Kontingen Indonesia untuk Olimpiade London 2012.

Pemilik DC United dan Philadelphia 76ers

Pada Tahun 2012, Erick Thohir bersama Levien menjadi pemilik saham mayoritas klub D.C. United, D.C yang merupakan sebuah klub sepakbola profesional asal Amerika Serikat yang berbasis di Washington, DC.

Klub ini berkompetisi di Major League Soccer. Transaksi ini membuatnya dikenal sebagai orang Asia pertama yang memiliki Tim Basket NBA setelah sebelumnya ia membeli saham dari Philadelphia 76ers.

Membeli Klub Inter Milan

Kemudian, pada tahun 2013, Erick Thohir membuat gebrakan dengan membeli kepemilikan 70 Persen saham Klub Sepakbola asal Italia yaitu Inter Milan, dari pemilik sebelumnya, Massimo Moratti senilai senilai 350 juta euro atau setara Rp 5,3 triliun.

Lewat pembelian tersebut, Erick menjadi pemilik klub sepakbola besar Eropa terbaru yang berasal dari negara berkembang. Kepemilikan Erick atas Inter Milan menambah nama dalam daftar pengusaha negara berkembang yang berhasil mengakuisisi klub sepakbola yang populer di mata dunia.

Pada hari Jum’at, 15 November 2013, Thohir resmi menjabat sebagai presiden klub Inter Milan yang baru menggantikan Massimo Moratti yang telah menjabat selama 18 tahun di Inter Milan. Namun setelah itu, Suning Group sebuah perusahaan dari China kemudian membeli kepemilikan saham mayoritas Inter Milan dari Erick Thohir.

Meskipun begitu Erich Thohir masih memiliki saham 30 persen di Inter Milan dan masih tetap menjabat sebagai Presiden klub Inter Milan. Itulah sedikit ulasan mengenai biografi Erick Thohir seorang Pengusaha asal Indonesia dan juga pemilik dari Inter Milan.***