Sambil Menangis Anak Gadis Penjual Tuak Curhat di Medsos: Mama Saya Diarak dan Diikat di Pohon

Kamis, 13 September 2018

INHILKLIK.COM, MEDAN - Seorang perempuan muda, Siliyana Angelita Manurung, meluapkan jeritan hati melalui media sosial dan mengaku dianiaya bersama ibunya oleh warga di wilayah tempat tinggalnya.

Angelita yang tinggal di daerah Medan Estate, Deliserdang ini, meminta tolong kepada warganet, lembaga bantuan hukum (LBH), dan para jurnalis untuk menolong ia dan ibunya yang menurutnya telah menjadi korban persekusi.

Melalui video yang diunggah di akun Facebooknya, Rabu (12/8/2018), Angelita dengan bekas lebam masih nampak di wajahnya, menceritakan kejadian sambil menangis.

Menurutnya, Selasa (11/9/2018) malam, dua orang pemuda datang ke rumah mereka ingin menjual sepatu kepada ibunya yang dikenal di daerah itu sebagai penjual tuak dan memiliki lapo di Jermal 15, Keramat Indah.

 

"Awalnya ibu saya menolak, tapi anak itu memaksa karena dengan alasan ingin membeli nasi, belum makan."

'Akhirnya mamakku membelinya," tuturnya.

Sepatu pun berpindah tangan. Ibunya menyerahkan uang Rp15 ribu.

Rabu pagi, Angelita dibangunkan oleh pekerja di lapo milik ibunya.

"Tadi pagi, saya juga tidak tahu bagaimana ceritanya, saya masih tidur di kamar, pekerja disini membangunkan saya (mengatakan) 'Kak, mama di arak-arak sama orang kampung sini. Gara-gara mama beli sepatu dari si Basir," ujarnya.

Angelita pun langsung bergegas keluar rumah untuk mendapatkan ibunya.

Begitu sampai di lokasi dimana banyak warga berkumpul, ia mengaku melihat ibunya diikat di sebuah pohon.



"Hati seorang anak begitu sampai di TKP melihat kondisi ibunya diikat layaknya seperti binatang, hanya menggunakan baju dalam dikalungkan karton dikalungkan sepatu yang dia beli."

"Hati saya sebagai seorang anak sangat teriris," katanya sambil menangis.

Saat hendak menolong ibunya yang berkalungkan karton bertuliskan "Saya Penadah..", Angelita mengaku dianiaya oleh seorang pria, MP, yang menurutnya adalah pimpinan sebuah ormas.

Awalnya, Angelita berkata bahwa pria itu tidak berhak menghakimi ibunya.

Ternyata setelah itu pukulan MP melayang ke wajahnya dua kali.



"Lalu saya ingin maju lagi, tetapi masyarakat memegang saya sampai saya terjatuh di tanah. Kemudian mama saya diarak-arak lagi sampai di lapangan bola samping rumah saya," kata Angelita yang yatim dan tinggal berdua dengan ibunya.

Setelah diarak-arak, warga pun memberikan dua pilihan kepada ibu dan anak itu; mereka angkat kaki dari wilayah itu atau jika tidak warga akan menghancurkan kedai tuak mereka.

Kenyataannya, kedai tuak semi permanen milik ibunya dibuat hancur porak-poranda.

Selain itu, menurut Angelita, warga juga mengambil paksa dua sepeda motor dari rumahnya dan menuduh bahwa motor itu juga adalah barang curian.

Angelita mengaku setelah kejadian itu, ia telah melapor ke Polrestabes Medan dan sudah ke rumah sakit untuk visum.

Angelita mengaku bahwa ia dan ibunya bukanlah orang yang sempurna, namun ia berharap mendapatkan keadilan.

"Hari ini saya sebagai warga indonesia menanyakan dimana kedilan itu.. saya hanya anak dari keluarga tidak mampu yg di aniaya.. kemana masyarakat indonesia yang cinta kedamaian.." katanya.

"lihat si pemilik mobil putih yg menganggarkan harta dan premanisme nya menganiaya seorang anak gadis yg hanya ingin membela seorg ibu nya .. bagaimana mereka yg memakan uang rakyat ??"

"lalu apa bedanya kami yg justru melakukan sebuah kekeliruan kecil yg di besar2kan kami, dan menambah fitnah." 

"saya harap buat saudara2 smua yg melihat postingan saya , meluangkan waktu untuk menshare kisah seorang anak yg ingin menyelamatkan ibu nya," kata Angelita.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan mengatakan, ibu dari Siliyana Angelita Marpaung, yang melapor ke polisi karena dugaan penganiayaan, pengrusakan, dan perampasan diamankan di Kantor Polsek Medan Area.

“Tadi kami dapat telepon dari Polsek Medan, katanya ibu itu diantarkan oleh masyarakat. Jadi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, ibu itu diamankan di Polsek,” kata Armada Mendrofa, kuasa hukum Angelita kepada Tribun Medan, Kamis (13/9/2018).

Selain itu, kata Mendrofa, warga juga menyerahkan dua sepeda motor yang diambil dari rumah Angelita kepada polisi.

Ia menyayangkan perlakuan yang dialami Angelita dan ibunya. Menurutnya, Angelita dan ibunya adalah korban main hakim sendiri.

Mendrofa menduga oknum yang melakukan penganiayaan, pengrusakan, dan perampasan adalah orang-orang suruhan MP, pria tua yang memukul wajah Angelita.

Karena itu, Angelita pun melaporkan MP ke Polrestabes Medan atas dugaan penganiayaan, pengrusakan, dan perampasan.

Mendrofa membantah tudingan yang menyebutkan bahwa ibu Angelita adalah penadah.

“Tidak ada masyarakat yang membuat laporan kehilangan (dan terkait dengan ibu Angelita),” katanya.

 “Kalau mereka melakukan tindak pidana, ya melalui proses hukumlah. Jangan main hakim sendiri. Tapi bagaimana kita bisa mengatakan mereka penadah kalau tidak ada laporan kehilangan dari masyarakat setempat,” kata Mendrofa sambil menyebut bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Kapolda Sumut. (Tribunmedan)