Petani Sawit Swadaya Masih Terkendala Rendahnya Produktivitas

Jumat, 21 September 2018

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Mayoritas petani kelapa sawit swadaya di Indonesia masih bergelut dengan masalah rendahnya produktivitas hasil panen yang berkisar 1,5 sampai dua ton tandan buah segar (TBS) per hektare, atau 16 hingga 18 ton per tahun.

"Jika dirata-rata, TBS tersebut hanya mampu menghasilkan minyak sekitar 1,5-2 ton per hektar per tahun. Belum lagi tingkat rendemen juga masih di bawah 20 persen," kata Department Head of Partnership and Smallholder PT Astra Agro Lestari Tbk, Tidar Bagaskara, dalam pernyataan pers kepada Antara di Pekanbaru, Jumat. 

Tingkat produktivitas petani swadaya Indoanesia jauh lebih rendah dari potensi normalnya, seperti dari hasil panen sawit di perusahaan yang produktivitasnya bisa mencapai 4 hingga 8 ton TBS per hektare. Bahkan, produktivitas tersebut sangat jauh jika dibandingkan dengan hasil petani di Malaysia yang bisa mencapai 10 ton per hektare.
    
Tidak menjelaskan, usia tanaman kelapa sawit yang sudah tua menjadi salah satu penyebab rendahnya produktivitas tersebut. Selain itu, pola pengelolaan perkebunan kelapa sawit rakyat yang belum standar juga infrastruktur dan manajemen pengangkutan yang kurang baik juga, menjadi penyebab lainnya.
    
Oleh karena itu, PT Astra Agro Lestari Tbk mengembangkan pola kemitraan yang sesuai dengan kondisi  petani untuk meningkatkan produktivitas.

"Astra Agro memiliki kompetensi yang cukup untuk meningkatkan produktivitas kebun masyarakat," kata Tidar dilansir inhilklik dari antarariau.

Menurutnya, segala kompetensi yang dimiliki Astra Agro dapat pula dikembangkan untuk masyarakat. Dengan konsep kemitraan Astra Agro, kompetensi Astra Agro bisa dinikmati oleh petani pekebun. Pada akhirnya, kompetensi mendukung keberhasilan proses peningkatan produktivitas.
    
Manfaat kemitraan dengan Astra Agro dirasakan oleh koperasi maupun petani, salah satunya Riswanto yang menjadi Ketua KUD Karya Mukti. Menurut dia, dengan pola kemitraan tidak hanya membuat koperasi menjadi kuat, melainkan juga petani  sangat terbantu dalam pengelolaan kebun.
    
KUD yang telah mendapatkan sertifikat ISPO ini juga merasa sangat terbantu dalam pengelolaan panen. "Bahkan mandor-mandor Astra Agro turun langsung untuk mengawasi panen agar hasil panen petani sesuai dengan standar kulaitas," tegasnya.
    
Selain penyuluhan pada bidang budidaya, lanjutnya,  Astra Agro juga banyak memberikan pelatihan kompetensi lain seperti penggunaan GPS untuk mengukur dan menentukan posisi kebun masyarakat. 

Pengukuran menggunakan GPS sangat penting untuk koperasi dalam rangka mendukung program Kelapa Sawit Berkelanjutan dan prinsip ketelusuran.