CEO Keroncongantar: Pemerintah Harus Lebih Konkret Dukung Pengembangan Ekonomi Digital di Riau

Selasa, 13 November 2018

Chief Executive Officer (CEO) Keroncongantar.com Ary Nugraha berbagi pandangannya dihadapan ratusan pelaku usaha UMKM.

INHILKLIK.COM, PEKANBARU - Kemajuan teknologi menawarkan beragam peluang baru dalam aktivitas ekonomi. Salah satunya yang disebut dengan ekonomi digital.

Ekonomi digital salah satunya bisa ditandai dengan lahirnya perusahaan-perusahaan rintisan berbasis teknologi. 

Saat ini, Indonesia secara perlahan mulai menjelma sebagai salah satu ekosistem ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Pasar yang besar dengan pertumbuhan perdagangan online yang tinggi jadi tolak ukur pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. 

Lalu, bagaimana ekosistem ekonomi digital di daerah? Riau misalnya. 

Saat menjadi pembicara dalam Talkshow OK OCE Prasasti Riau, Senin (13/11) kemarin, Chief Executive Officer (CEO) Keroncongantar.com Ary Nugraha berbagi pandangannya dihadapan ratusan pelaku usaha UMKM.

Menurutnya, Riau masih menghadapi banyak tantangan dalam mengembangkan ekosistem ekonomi digital. 

Permasalahan mendasarnya adalah ketertinggalan dari sisi pembangunan infrastruktur. 

"Kita masih tertinggal dari sisi pembangunan infrastruktur. Misalkan ketersedian dan kemudahan jaringan internet. Pemasangan internet di sekitar kampus juga masih kurang," kata Ary.

Sebagai pendiri dari sebuah perusahaan digital di bidang kuliner, Ary juga menyoroti ketersediaan fasilitas untuk mendukung ekosistem.

Salah satunya kehadiran ruang bersama atau co-working space. Co-working Space sangat penting artinya bagi perusahaan rintisan atau start-up. Modal yang minim dan mahalnya biaya sewa kantor membuat co-working space jadi solusi bagi banyak pelaku start-up. Sebab, di sebuah gedung mereka bisa berbagi ruang bersama. 

"Tempat bertemunya talenta-talenta ekonomi digital ini belum kita miliki. Co-working space bisa memudahkan perusahaan start-up lokal bekerja. Mengingat keterbatasan yang dimiliki start-up seharusnya pemerintah bisa menyediakan sbagai wujud keberpihakan," terang alumni FISIP Universitas Riau ini.

Dihadapan peserta Pelatihan OK OCE yang juga dihadiri Juru Bicara Prabowo-Sandi Faldo Maldini ini, Ary mengatakan dari sisi pertumbuhan pemain ekonomi digital, Riau sebenarnya dapat bersaing dengan Jawa.

"Pekanbaru misalnya, kita sudah punya komunitas start-up. Ketuanya adalah co- founder start-up yang sudah menasional. Dan itu asli anak Pekanbaru," kata Ary.

Masukan untuk pemerintah daerah juga penting untuk menstimulasi pertumbuhan ekosistem ekonomi digital di Riau.

"Dalam hal ini, pemda bisa memfasilitasi produk-produk start-up Pekanbaru untuk dihubungkan kepada pihak luar yang mau berinvestasi mengembangkan star-tup lokal," terangnya. 

Atau pilihan lainnya memfasilitasi kemudahan pembiyaan untuk para pelaku start-up dalam melakukan inovasi.

Menurut Ary, era ekonomi digital adalah era kompetitif. Anak muda yang punya daya kreatifitas, daya juang tinggi, serta memiliki skill teknologi dapat bersaing. 

"Jadi, kalau dulu kemampuan komunikasi dapat menentukan seorang itu sukses, kalau sekarang kemampuan komunikasi saja tidak cukup," sebutnya. 

Kemampuan dapat menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. 

"Inilah yang dinamakan disrupsi. Di era digital ini sesuatu dapat berubah dengan cepat. Yang tidak dapat menyesuaikan berefek pada kekacauan eksistensinya. Makanya, anak muda Riau harus cepat menyesuaikan diri," kata pria kelahiran Tembilahan ini.

Seusai kegiatan, Ary berharap siapapun yang terpilih di momen pilpres ini dapat mendukung program smart city Pekanbaru secara konkret. 

"Yakni, pengembangan ekonomi digital wilayah Sumatera yang dipusatkan di Pekanbaru. Mengingat posisi strategis Pekanbaru yang berdekatan dengan negara tetangga, berpeluang besar menjadi pemain di asia tenggara" ujarnya.

Penulis : Rio Syahputra