Fenomena Equinox: Mengapa Suhu di Riau Begitu Panas? Ini Penjelasannya

Senin, 25 Maret 2019

INHILKLIK.COM, PEKANBARU - Suhu udara di Riau dalam sebulan belakangan ini sangat panas. Dalam ilmu meteorologi, kondisi panas yang dialami saat ini disebut fenomena equinox. Rata-rata suhu udara di Pekanbaru khususnya berkisar pada 33-34 derajat celcius. Bahkan bisa sampai 36-37 derajat celsius.

Kasi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Marzuki menerangkan, maski mengalami fenomena equinox, kondisi untuk di Riau belum masuk dalam kategori ekstrem. Hanya saja suhu panasnya tergolong tinggi. Equinox kategori ekstrem itu suhu udara berkisar pada angka di atas 35 derajat celcius.

Untuk tahun ini BMKG Stasiun Pekanbaru memperkirakan fenomena equinox terjadi 2 kali. Yakni rentang 21-25 Maret, dan 23 September nanti. Equinox tidak lain adalah salah satu fenomena astronomi. Matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat, sehingga bumi dapat penyinaran maksimal, apalagi di daerah-daerah yang dilintasi atau di sekitar garis khatulistiwa atau ekuator.

"Tapi, tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu yang ekstrem juga," ucapnya.

Marzuki menjeklaskan, pergerakan semu matahari terhadap bumi atau sebaliknya membuat kondisi Riau yang letaknya di khatulistiwa merasakan panas lebih kuat dari biasanya. Cuaca panas tersebut juga didukung dengan langit di Riau  yang cerah namun pertumbuhan awan sedikit. Maka akan mengakibatkan panas yang tidak biasa.

Sebelum tanggal 21 Maret lalu, beberapa daerah di Provinsi Riau sudah ada yang mengalami fenomena equinox. Terutama daerah-daerah tepat berada digaris nol derajat. Misalnya, Kuantan Singingi, Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, tau Riau di bagian Selatan. Daerah-daerah ini sudah dilintasi oleh matahari dengan jarak terdekat.

Sejurus ini, dari penjelasan Marzuki, Riau belum pernah mengalami suhu sampai menyentuh angka 40 derajat celcius, meskipun beberapa tahun lalu, kondisi cuaca panas di Riau pernah tinggi. Terjadi tidak pada bulan Maret seperti saat ini, tapi pada Mei, tatkala musim pancaroba (transisi).

BMKG Stasiun Pekanbaru, berdasarkan pantaua citra satelit memperkirakan akhir Maret hujan mulai turun dengan intensitas cukup. Namun kemungkinan tidak seperti itu, sebab ada gangguan dari badai tropis veronika di bagian Selatan Indonesia, sehingga curah hujan seperti diperkirakan sebelumnya, berpotensui akan alami gangguan.

"Peluang hujan jadi minim. Adanya fenomena ini, lalu beberapa hari tidak turun hujan sehingga akumulasi panas terjadi," jelasnya.

Apabila hujan turun, Marjuki memperkirakan kondisi suhu cuaca akan mulai kembali normal. Artinya, pertumbuhan awan baik sehingga curah hujan akan bagus dalam dua sampai tiga hari kedepan.

Dijelaskan Marjuki, akibat tidak ada hujan turun menyebabkan pendinginan masa udara permukaan bumi dan pelepasan kembali energi matahari yang diserap bumi menjadi terhambat. Itulah kenapa pada siang hari panas yang dirasakan menjadi lebih terik dari biasanya.