Seorang Ibu Rela Telanjang Bulat dan Berkeliling Kebun untuk Temukan Anaknya yang Diduga Dibawa Wewe Gombel

Selasa, 05 November 2019

INHILKLIK.COM, TEGAL - Masyarakat di lingkungan Jalan Temanggung RT 02 RW 05 Kelurahan Margadana, Kecamatan Margadana, Kota Tegal, beberapa waktu lalu dihebohkan dengan kabar hilangnya seorang bocah berusia 5 tahun.

Bocah tersebut bernama Sri Wahyuning (5), putri pasangan Darwati (50) dan Rosidin (56).

Orangtua bocah tersebut kemudian melaporkan ke tetangga, dan meminta tolong untuk mencari sang Yuni.

Melansir laman Tribun Jateng, Peristiwa tersebut terjadi pada Senin 28, Oktober 2019 seusai magrib atau sekitar pukul 18.00 WIB.

Saat sang anak menghilang, Darwati tengah melayani pembeli soto di warungnya.

Yuni pun bermain seorang diri di depan rumah saat sang ibu melayani pembeli.


Saat Darwati mencari Yuni, tak ada seorang pun di depan rumahnya.

Hal tersebut tentu membuat Darwati syok, ditambah lagi, tak ada seorang pelanggan pun yang melihat kemana Yuni pergi.

“Anaknya tidak ada, biasanya main ke kali, saya cari di mana-mana tidak ada,”

“Di rumah temannya tidak ada, di kali tidak ada, saya khawatir kalau anak saya diculik orang,” ungkap Darwati Ahad, 3 November 2019.

“Terakhir saya lihat di depan rumah, biasanya Yuni di kasur sama bapaknya, nonton televisi,” lanjutnya.

Rosidin, pun juga tak tahu menahu dimana sang anak.

Bingung mencari anaknya, Darwati akhirnya meminta tolong tetangga di kampungnya serta seorang ustaz untuk mencari Yuni.

Darwati dibantu oleh 50 orang di kampungnya untuk mencari Yuni.

Bahkan para warga membawa panci dan peralatan dapur untuk membuat suara mereka didengar oleh Yuni.

Seorang ustaz mengungkapkan bahwa Yuni masih ada di kampung, namun sedang diajak ‘muter-muter’.

Ketika mendengar pernyataan sang ustaz, Darwati teringat pesan para leluhurnya.

Jika seorang anak diculik oleh wewe gombel, orang tuanya harus telanjang.

Darwati kemudian menuju kebun di samping rumahnya, lalu ia melepas busananya.

“Aku kemutan mertuaku yang dahulu anake pernah digawa kalong wewe, kudu wuda (Aku teringat mertuaku yang dulu anaknya pernah dibawa kalong wewe, harus telanjang),”

“Akhire aku maring kebun, aku wuda, kutang tak copot, cawet tak plorotna (Akhirnya aku pergi ke kebun, aku telanjang, pakaian dalam aku copot),”

“Trus aku njipling atau nungging (terus aku menungging),” ungkap Darwati, dalam bahasa Tegal.

Betapa terkejutnya Darwati, langsung mendengar suara anaknya memanggil.

Tak berselang lama, Darwati melihat kemunculan Yuni di belakang pintu rumah, pada pukul 20.30 WIB.

“Di kebon aku maca, Ya Allah. Ada muara ‘Ma’, sawise njebule bocahe ana ning mburi lawang (Di kebun aku membaca Ya Allah. Ada suara ‘Ma’, sesudah itu dia muncul dari belakang pintu),” ungkap Darwati.

Saat ditemukan, Yuni dalam keadaan linglung dan lebih banyak diam.

Yuni pun mengatakan telah dibawa oleh orang besar ke kali.

Ia lalu dimandikan, tapi tak kunjung diantar pulang.

“Dibawa orang gede, dibawa ke kolam, terus dimandikan, suasananya gelap,” ungkap Yuni.

Mengutip laman Wikipedia, mitos Wewe Gombel dipercayai untuk menakut-nakuti anak agar tak berkeliaran di kala petang.

Pada masa lalu, mitos tersebut digunakan untuk mengamankan anak-anak agar terhindar dari binatang buas.

Wewe gombel sendiri digambarkan sebagai sosok wanita tua yang keriput dengan payudara yang terlihat panjang dan menggantung.