Kanal

Putra Riau Kelahiran Inhil Jabat Posisi Strategis di Pusat

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Putra terbaik dari Riau kembali mengukir prestasi di tingkat nasional. Kali ini, putra kelahiran Kuala Enok Kabupaten Indragiri Hilir dipercaya memegang jabatan strategis di Kementerian Agama RI.
 
Salah satu putra terbaik Riau itu adalah Muhammadiyah Amin yang resmi dilantik sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Rabu (2/8/2017). Pelantikannya sebagai orang nomor satu di lingkungan Ditjen Bimas Islam dilaksanakan pukul 11.30 WIB di auditorium HM Rasjidi, Gedung Kementerian Agama Lantai 1 Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat bersama sejumlah pejabat eselon I dan II lainnya, ia dilantik oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam suasana yang khusyu dan khidmat.
 
Bagi pegawai Ditjen Bimas Islam, nama Muhammadiyah Amin sudah tidak asing. Pasalnya, pria yang juga mantan rektor IAIN Sultan Amai Gorontalo itu telah menjabat sebagai Sekretaris Ditjen Bimas Islam sejak tahun 2012.

Muhammadiyah Amin dilahirkan di Kuala Enok, Indragiri Hilir, 14 Agustus 1963. Mengabdi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) sejak 1990, saat ini  pria yang  mendalami kajian Islam sejak sarjana hingga menggondol gelar guru besar itu adalah pembina utama dengan golongan ruang IV/e.

Penerima Awards Karya Ilmiah Dosen PTAI 2003 dan peraih Awards Karya Ilmiah Internasional Dosen PTAI 2007 itu juga aktif menulis sejumlah artikel di berbagai majalah dan jurnal serta mengedit buku. Karya-karyanya antara lain ‘Ulumul Hadis I-IX yang diterbitkan Departemen Agama (1993), Jalan Lurus Menuju Hati Sejahtera: Tafsir Surat al-Fatihah (1999), KH. Ali Yafie, Jati Diri Tempaan Fiqih (2001), dan Hidup Sekali Hiduplah yang Berarti (2003).

Ia juga merupakan salah satu penulis dalam Approaches to the Qur’an in Contemporary Indonesia yang diterbitkan Oxford University Press, New York tahun 2005,  serta salah satu penulis dalam Ensiklopedia Al-Qur’an (2007), I‘tikaf dalam Perspektif Hadis Nabi (2007), Ilmu Hadis (2008), dan Aktualisasi Moral dan Etika Kepemimpinan Nasional (proses penerbitan).

Alumni pendidikan singkat Lemhanas itu memulai pendidikannya di Sekolah Dasar Pulau Kecil tahun 1975, dan melanjutkan pendidikan hingga Strata Dua di Ujung Pandang sebelum akhirnya mengambil studi doktoral bidang Kajian Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Muhammadiyah Amin dikenal cekatan dalam bekerja, penuh ketelitian dan cara bicara yang cepat. Gebrakan pada awal karirnya sebagai Sekretaris Ditjen Bimas Islam adalah menggenjot dispilin pegawai melalui sistem absen khusus, dimana para pejabat diwajibkan untuk menandatangani lembar absen di ruang kerjanya.

“Ini artinya saya harus datang lebih awal dari pada para pegawai!” katanya.

Cara itu cukup efektif. Frekuensi absen kehadiran pegawai mengalami perubahan signifikan ke arah yang lebih baik. Setelah dinilai cukup membudaya, sistem itu ia hapus. “Sebab tujuan untuk menerapkan disiplin bagi pegawai sudah tercapai,” ujar Amin dalam sebuah kesempatan.

Terkait gayanya yang disiplin, Amin menambahkan bahwa itu merupakan nilai yang membentuk dirinya sejak muda. “Saya pernah tinggal bersama tentara, dan jam 4 pagi saya harus menyiapkan air sepenuh bak mandi untuk tentara tersebut, karena ia tak mau mandi kecuali bak air sudah penuh.” Kenangnya.

Selain dispilin, hal lain yang selalu ia tekankan adalah kesederhanaan dan kejujuran. Seperti sering diungkapkannya, saat menempuh pendidikan di masa muda, ia melaluinya dengan keprihatinan. “Kita semua tahu bagaimana nasib anak kos, makan cukup dengan mie rebus, tidur dengan alas seadanya, yang penting bisa kuliah.” Ujarnya.

Kini, Amin dipercaya memimpin Satuan Kerja dengan lingkup pelayanan publik yang menjangkau hingga KUA Kecamatan. Kita tunggu gebrakan dan terobosannya untuk kemajuan Ditjen Bimas Islam. (yan)

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER