Kanal

Bayi Kembar di Bulukumba Meninggal Dunia Akibat Gizi Buruk, Ayah Minggat dari Rumah

INHILKLIK.COM, BULUKUMBA - Dua bayi kembar Airin dan Ainun akhirnya meninggal dunia dalam usia enam bulan. Keduanya dinyatakan menderita gizi buruk.

Ainun, sang adik lebih dulu berpulang beberapa bulan lalu. Airin dinyatakan meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Sulthan Dg Radja Bulukumba, Selasa dini hari (24/7/2018). Ainun sempat dirawat lebih sepekan lebih di rumah sakit.

"Bayi Airin masuk 12 Juli dengan diagnosa gizi buruk berat tipe kwashiorkor akibat kekurangan protein yang parah dan kalori yang kurang. Kami sudah berupaya mengatasi gejala-gejala sindrom klinik yang dialami Airin seperti anemia, hipoalbumin, dan komplikasi pneumonia serta diare yang memang sudah diderita sejak awal masuk," ujar Humas RSUD Gumala Rubiah, Rabu (25/7/2018).

Sebelum meninggal dunia, Airin dirawat di ruang ICU karena kondisinya tiba-tiba memburuk.

"Diarenya sempat membaik pada hari Sabtu dengan frekuensi mulai berkurang tetapi konsistensinya masih encer. Melihat kondisi anaknya mulai membaik pihak orang tua meminta pulang atas permintaan sendiri, tetapi dokter yang menangani mengedukasi untuk tidak pulang dulu. Akhirnya keluarga setuju," ujar Mala, sapaan Gumala.

Pada Minggu (22/7/2018), Airin kembali mengalami diare berat dan menyebabkan dehidrasi, terapi cairan diberikan. Beratnya status gizi buruk, penurunan antibodi, protein albumin yang rendah, tubuh mungil Airin akhirnya tidak bisa bertahan dan meninggal dunia.

Rakyatku.com mencoba menelusuri kediaman orang tua Airin yang berada di Kelurahan Mario Rennu, Kecamatan Gantarang Bulukumba. Jaraknya sekitar tujuh kilometer dari pusat kota Bulukumba menuju arah Bantaeng.

Jarak dari jalan protokol ke rumah orang tua Airin dan Ainun sekitar tiga kilometer. Arahnya ke pesisir pantai yang berbatasan dengan Kabupaten Bantaeng. Jalanan berupa bebatuan yang terkikis ombak.

Rumah si kembar berukuran kurang lebih 3x2 meter. Tampak kumuh. Bentuknya rumah panggung dengan tiang setinggi 30 sentimeter dari pasir. Dinding rumah itu compang camping. Atapnya hanya terbuat anyaman daun nipah.

Kedua orang tua Airin dan Ainun tak lagi menghuni rumah itu. Salah seorang kerabat, Norma mengatakan, ayah di kembar tak diketahui keberadaannya sejak anaknya meninggal dunia. Sedangkan ibunya berada di rumah orang tuanya, yang berada jauh dari lokasi itu.

Norma bertutur, selama ini Airin dan Ainun hanya mengonsumsi air tajin atau air beras. Harapan untuk makan makanan bergizi jauh dari kenyataan karena ayahnya hanya buruh rumput laut.

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER