Kanal

SBY Mengeluh, AHY Kena Sindir Politisi Golkar: Politisi Apa Rantang?

INHILKLIK.COM, JAKARTA – Perilaku Ketua Umum Partai Demokat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan anaknya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mendapat sorotan tajam.

Hal itu dikarenakan kesan bahwa AHY yang dinilai banyak pihak tak memiliki pengalaman baik di pemerintahan dan politik.

Kendati demikian, partai Demokrat terkesan memaksakan pensiunan dini Mayor TNI AD itu muncul sebagai tokoh besar.

Respon pun berdatangan. Salah satunya dari politisi Partai Golkar, M Misbhakun.

Ia bercuit melalui akun twitter miliknya, @MMisbakhun, Kamis (26/7/2018). Akan tetapi, ia tak secara langsung menyebut nama SBY dan AHY dalam cuitannya itu.

Ia berkata bahwa jagad poltik Indonesia akan diramaikan sebuah realita.

Dimana ada seorang yang mengklaim sebagai pemimpin muda tapi kemana-mana ditentang seperti rantang oleh bapaknya.

“Menampilkan sbg alternatif bg para milenial bawaannya pakai baret kayak bapaknya. Apa baret akan jd simbol politisi milenial?” cuitnya.

Menurutnya, seorang politisi haruslah memiliki sikap politik dan pemikiran.

Selain itu, juga harus bisa merintis setiap jengkal karir politiknya dengan kapasitas diri dan usaha.

“Sebab politisi bukan rantang ransum yg harus ditenteng kemana-mana oleh bapak dan emak buat ditawarkan sebagai alat bargain politik,” lanjutnya.

Misbhakun lantas membahas soal hasil survei elektabilitas dan opini yang menurutnya bisa dibangung lewat media.

Selama, ada uang yang disediakan untuk hal itu.

Akan tetapi, lanjutnya, kapasitas diri dan kepemimpinan lahir lewat ujian dan terpaan serta tempaan masalah yang terselesaikan waktu demi waktu.

“Politisi tangguh diuji. Bukan ditenteng seperti rantang bawaan,” sindirnya.

Sebab menurutnya, seorang pemimpin yang tanpa melewati ujian ibarat buah mateng hasil karbitan.

“Bentuknya bagus rasa kecut. Apalagi buah yg di karbit masih belum waktunya dipetik,” sindirnya.

Sebaliknya, jika seorang politisi lahir dan bersar karena dikarbit, maka akan mendapat konsekuensi besar di kemudian hari.

“Hukum besi demokrasi akan menghukum politisi karbitan seperti rantang bawaan lewat perolehan suara yg rendah,” katanya.

Ia mengakui, bahwa posisi politik di internal sebuah parpol, bisa didapat dengan cepat melalui tangga akselerasi keturunan.

Akan tetapi, posisi jabatan publik, harus diraih melalui jalan kontestasi.

“Daya terima publik atas figur, kerja tim sukses, jaringan dan rekam jejak ikut menentukan. Kualitas dan kapasitas diuji disana,” tutupnya. (pojoksatu)

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER