Kanal

Siasat Kimia Farma Hadapi Tekanan Rupiah

INHILKLIK.COM, JAKARTA – Terus terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dirasakan dampaknya terhadap perusahaan farmasi lantaran sebagian besar bahan baku dari impor. Kondisi inipun diakui langsung PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Untung saja, perusahaan plat merah ini sudah mensiasati kondisi tersebut dengan melakukan kontrak jangka panjang sehingga beban keuangan bisa ditekan.

Direktur Utama PT Kimia Farma (Persero) Tbk, Honesti Basir mengatakan, fluktuatifnya nilai tukar rupiah memberikan dampak terhadap kinerja keuangan dan perseroan telah mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan kontrak jangka panjang."Kita masih relatif aman, karena kita yang paling besar itu bahan baku impor tapi kita belinya sudah jangka panjang tahun lalu jadi kita enggak kena dampak besar," ujarnya di Jakarta.

Dirinya percaya bila rupiah menyentuh angka Rp15.000 per dolar AS pun kinerja perseroan tak akan terganggu. Meski begitu, dia berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa secepatnya stabil. Pasalnya, kontrak pembelian bahan baku perseroan memiliki jangka waktu dua tahun, mulai dari 2017 hingga tahun 2019 mendatang."Yang agak repot itu kalau spike kan. Sampai Rp15.000kita masih aman, karena sudah ada kontrak bahan baku setiap dua tahun. Jadi kita kontrak dari 2017 sampai 2019. Tahun depan baru diperbaharui lagi," jelasnya.

Honesti pun percaya jika pemerintah bakal menjaga stabilitas rupai. Karena, Presiden Jokowi dalam paparan RAPBN mengatakan bahwa pada tahun depan nilai tukar rupiah bakal berada di level Rp14.400 per dolar AS."Tahun depan kalau kita lihat asumsi pemerintah yang disampaikan Presiden di rapat di DPR kan asumsi di 2019 kan Rp14.400 kan artinya kita masih bisa lah. Dampaknya gak signifikan," tandasnya.

Tercatat di semester pertama tahun ini, perseroan mengantongi pertumbuhan di atas 20% dengan mayoritas pendapatan berasal dari penjualan produk resep. Perseroan membukukan penjualan bersih Rp3,4 triliun. Nilai tersebut naik 29,08% dari periode yang sama tahun lalu yang sekitar Rp2,63 triliun. Seiring dengan kenaikan penjualan bersih, beban pokok penjualan juga mengalami pertumbuhan. Tercatat terjadi kenaikan 28,37% dari Rp1,69 triliun pada semester I/2017 menjadi Rp2,18 triliun pada semester I/2018.

Dengan demikian, perseroan membukukan laba bersih Rp121,99 miliar. Pencapaian itu tumbuh 28,33% dibandingkan dengan Rp95,06 miliar pada semester I/2017. Disebutkan, kontribusi penjualan terbesar masih berasal dari produk resep dengan kontribusi 46,05% pada semester I/2018. Akan tetapi, besaran tersebut turun dari periode yang sama tahun lalu, yang kontribusinya menyentuh 51,78%. Pada periode tersebut, pertumbuhan kontribusi penjualan terjadi untuk kategori produk generik. Lini produk tersebut tercatat berkontribusi 18,82% bagi penjualan perseroan pada semester I/2018.


(okezone.com)

 

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER