Kanal

Kisah 4 Anak di Inhil, Dulu Mengemis Sampai Tidur di Jalan, Kini Sudah Jadi Anak Sekolahan

INHILKLIK.COM, TEMBILAHAN - Masih ingat dengan empat dari sembilan bersaudara ini? Kisah hidup mereka sempat membuat semua kita merasa prihatin dan terpukul.

Di tengah situasi dimana anak-anak seusia mereka disibukkan dengan mengenyam dunia pendidikan, mereka menjadi peminta-minta dan pemulung untuk mendapatkan uang.

Aksi mereka bukan saja sempat menjadi perhatian warga di sepanjang Jalan M Boya, Kota Tembilahan, bahkan mereka tak segan meminta-minta hingga di depan kantor Bupati Indragiri Hilir. 

Bukan untuk hidup, bukan pula untuk menyambung pendidikan. Anak-anak yang kemudian diketahui bernama Nuri (12), M Fadel (10), M Fadli (8) dan M Farel (6) ini menjalani kehidupan yang maha keras itu sebagai cara untuk bisa jajan dan main game. Miris...

Tapi itu beberapa minggu lalu. Senin (5/11/2018) pagi lalu, keempat anak-anak yang tidak pernah mengenyasm pendidikan tersebut akhirnya resmi berseragam sekolah.

Wajah mereka yang dulunya kumuh, dibaluti pakaian kotor berdebu, kini terlihat sumringah dibaluti kemeja putih dan celana serta rok merah berlambang sekolah dasar.

Ya, berkat kepedulian dari sejumlah komponen masyarakat, diantaranya Karang Taruna Kabupaten Indragiri Hilir, anak-anak dari keluarga tak mampu, dari pasangan Nurita  dan suaminya itu kini akhirnya bisa mengenyam pendidikan.

Mereka didaftarkan oleh organisasi sosial kemasyarakatan pemuda itu di SD Negeri 010, Parit 6, Kecamatan Tembilahan Hulu.

Sang kakak, Nuri ditempatkan di kelas 2 SD, sedangkan tiga adiknya, Fadel, Fadli dan Farel memulai pendidikan di jenjang kelas I.

Sebelum memeutuskan menjadi fasilitator untuk menyekolahkan bocah-bocah dari keluarga tak mampu ini, pihak Karang Taruna memang terlebih dahulu memastikan kepada para bocah tentang keinginan mereka.

''Ternyata, semua mereka sepakat ingin sekolah. Mereka begitu semangat ketika ditanyakan apakah ingin sekolah,dan itu sungguh menggugah perasaan,'' ungkap Ketua Karang Taruna Inhil, Syahjuri.

Karena keinginan kuat dari mereka, dikatakan Syahjuri mereka pun mencoba membantu mencarikan sekolah dan dana dari donatur untuk membelikan keperluan sekolahnya.

"Kita sangat berterimakasih kepada seluruh pihak yang ikut membantu, semoga adik-adik kita ini tidak kembali lagi ke jalanan, dan menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa," harap Syahjuri.

Sementara itu, Kepala SDN 010 Tembilahan Hulu, Suhaimi menjelaskan, dirinya selalu menerima dengan tangan terbuka bagi anak-anak tidak mampu yang ingin mengenyam pendidikan.

"Ini merupakan kewajiban kita untuk memeberikan pendidikan terhadap anak-anak kita. Makanya ketika Karang Taruna datang dan ingin meyekolahkan mereka saya langsung terima," ujarnya.

Meskipun proses belajar mengajar sudah berlangsung cukup lama, dia mengaku tetap menerima keempatnya untuk bersekolah di sekolah yang dibimbingnya.

"Mereka berempat kita letakan dikelas yang berbeda, yang perempuan di kelas 2 dan yang laki-laki bertiga di kelas 1. Kita juga akan terus melaporkan perkembangan mereka ke Karang Taruna Inhil," tegas Suhaimi.


Kilas Masa Lalu 9 Bersaudara Tanpa Pendidikan

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, keberadaan Bocah empat bersaudara ini sempat mengusik perhatian dan perasaan warga di Kota Tembilahan. 

Sering mereka terlihat duduk menunggu belas kasihan para pengguna jalan yang melintas di kawasan Lampu Merah Jalan M Boya Tembilahan. 

Tidak hanya di kawasan lampu merah tersebut, mereka juga beberapa kali sempat terlihat meminta-minta di depan kediaman dinas Bupati Inhil.

Apa yang dilakukan para bocah tersebut banyak mengundang simpati warga, apalagi mereka sering terlihat tidur di jalanan hingga malam hari.
Keseharian para bocah tersebut, ternyata sungguh memprihatinkan. Mereka tinggal di sebuah rumah petak yang terletak di Parit 7 Tembilahan.

Di rumah yang terbilang sempit tersebut, tidak terlihat ada perabotan. Harta yang ada hanya sebuah kasur, rak baju dan kompor gas.

Salah seorang anak, Nuri mengatakan, penghasilan mereka dari meminta-minta setiap hari Rp20 hingga Rp30 ribu. 

"Untuk jajan, untuk main game di warnet. Tapi sekarang kami sudah tidak ke sana (lampu merah) lagi, karena dilarang", ungkapnya.

Karena sudah tidak meminta-minta di lampu merah lagi, ia mengatakan bersama tiga adiknya saat ini hanya memulung sampah di jalanan.

Ibu dari para bocah tersebut bercerita, dirinya tidak pernah meminta anak-anaknya untuk menjadi pengemis di jalanan. 
Ia mengatakan, anak-anaknya tersebut melakukan hal tersebut untuk jajan mereka sehari-hari.

"Saya tidak pernah suruh, mereka sendiri aja. Uangnya pun mereka sendiri yang pakai," cerita wanita bernama Nurita tersebut sambil memegang anaknya yang paling bungsu berumur 1 tahun.

Bukannya tidak ingin mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya, dikatakan wanita yang juga mengalami kelainan pada jantung tersebut, penghasilan suaminya yang hanya tukang sol sepatu tidak bisa mencukupi kebutuhan semua anak-anaknya yang berjumlah 9 orang.

Bahkan dikatakannya, satu pun anak-anaknya tidak ada yang mengenyam pendidikan karena keterbatasan biaya yang mereka miliki. ''Mereka semua mau sekolah. Tapi tak bisa sekolahkan. Rumah yang kami tempati ini saja nyewa perbulan Rp200 ribu,'' lanjutnya.

Sementara bantuan dari Pemkab Inhil, dikatakan sang ibu pernah sekali ia dapatkan. Sedangkan untuk yang lain, biasanya hanya beras miskin yang ia dapatkan dari Ketua RT setempat.

Ditengah hidup yang serba kekurangan tersebut, Nurita mengaku tidak memiliki banyak keinginan, ia hanya ingin anak-anaknya bisa mengenyam pendidikan. "Seandainya bisa dibantu, saya ingin mereka semua bisa sekolah," harapnya. (Rsky)

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER