Kanal

Pemuda Kita Terbiasa dengan Politik Transaksional

Wakil Ketua Komisi VII Zainudin Amali
Jakarta (Inhilklik) - Pemuda saat ini jauh tertinggal dari pemuda-pemuda masa lalu yang pernah dimiliki Bangsa Indonesia. Pemuda-pemuda sekarang tidak memiliki sikap yang kuat untuk membangun bangsa.

Hal ini diungkapkan oleh Pimpinan Komisi VII DPR Zainudin Amali. Menurutnya, menyikapi 85 tahun Sumpah Pemuda, para pemuda bangsa ini terlalu terlena dengan kekayaan alam. Mereka tidak terbiasa dengan hidup yang survive. Para pemuda memiliki semangat juang dan kedisiplinan yang minim. Berbeda dengan negara-negara yang sumber kekayaan alamnya sangat sedikit.

Misalnya, dicontohkan Zainudin Amali, di Jepang, para pemuda dan pemerintah dipaksa untuk berpikir memajukan bangsa tanpa mengandalkan kekayaan alam. Tak heran bila mereka mampu menciptakan hal-hal kreatif yang bisa memajukan bangsa.

"Sementara di Indonesia, tidak. Pemudanya tertidur dan terlena dengan kekayaan alam. Sehingga kita bisa menunggu hasil kreativitas negara lain, tanpa dapat membuat kreativitas sendiri," katanya pada diskusi yang digelar Dewan Pimpinan Pusat Perhimpunan Gerakan Keadilan dengan tema 'Pemuda, Nasionalisme & Tanggung Jawab Masa Depan' di Sekretariat Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), Jalan Tebet Timur Dalam Raya No.43, Jakarta Selatan, Selasa (29/10). 

Pada acara yang dimoderatori Ketua Umum PGK Bursah Zarnubi dan juga dihadiri pengamat politik sekaligus Walikota Bogor Bima Arya, Ketua Presidium PMKRI, Ketua Presidium GMNI Twedy Noviady dan Sekjen DPP Partai Nasdem Patrice Rio Capella, Zainudin juga mengatakan bahwa pemuda-pemuda Indonesia tidak fokus terhadap sebuah permasalahan. Pemikiran mereka berubah-ubah setiap saat. Satu pemikiran belum selesai, sudah memikirkan persoalan yang lain. 

"Mereka jadinya lelah dengan fokus yang berganti-ganti, sehingga mereka tak bisa menghasilkan apapun," lanjutnya.

Selain itu, pemuda-pemuda bangsa saat ini terbiasa dengan fragmatisme dan politik transaksional. Sebagai contoh, kualitas politisi muda yang ada di DPR masih di bawah politisi tua. Itu merupakan dampak dari politik pragmatis dan transaksional. Terlebih UU seakan melindungi sistem tersebut. 

"Kita lihat di pileg. Parpol terkesan tidak memilih politisi muda yang berpotensi. Tapi parpol cenderung memilih siapa yang populer dan memiliki modal untuk maju pileg," ujarnya.

Dengan kondisi demikian, Zainudin menilai bahwa untuk saat ini pemuda Indonesia belum siap untuk menghadapi globalisasi yang sudah di depan mata. Karenanya, dia berharap agar pemuda untuk segera bangkit. Melakukan sesuatu yang bisa mengubah negara dan bangsa.

"Jangan menunggu pemerintah untuk melakukan gerakan positif. Tapi lakukan dulu," pungkasnya. (*)



Source: sayangi.com
Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER