Riski, Terduga Teroris Tuban Berubah sejak Kakaknya Meninggal

Selasa, 11 April 2017

INHILKLIK.COM, SEMARANG - Riski Rahmat (22), terduga teroris Tuban asal Semarang, mulai mendalami agama sejak kakaknya, Rohman Sutrisno, meninggal dunia sekitar 2 tahun lalu. Ia mulai rajin beribadah dan mengubah penampilan.

Ibunda Riski, Mutiah (50), mengatakan dulu Riski bekerja di pelabuhan untuk memperbaiki kapal. Kehidupannya bak anak-anak nakal yang gemar karaoke dan mabuk-mabukan.

"Dulu dia itu ya karaokean, mabuk, pulang mabuk," kata Mutiah saat ditemui di rumahnya, Jalan Kerapu II RT 9 RW 2, Kelurahan Kuningan, Semarang Utara, Senin (10/4/2017).

Sekitar 2 tahun lalu, kakak Riski mengalami infeksi selaput otak sehingga harus dilakukan perawatan intensif. Riski kala itu menunggui kakaknya, bahkan hingga detik-detik kakaknya mengembuskan napas terakhir.

Semenjak kakaknya meninggal, lanjut Mutiah, Riski mulai mempelajari agama. Salat lima waktu dijalankan, bahkan setiap Jumat ia pamit untuk menghadiri majelis taklim.

"Dia lihat sendiri kakaknya sakratulmaut. Terus dia sadar. Tiap hari baca Al-Quran. Jadi alim dia, salat lima waktu. Dulu paling Jumatan saja," tandas Mutiah.

"Sering pamit pergi ke majelis taklim, ya perginya sendiri. Biasanya hari Jumat. Ke mana taklimnya, saya nggak tahu," imbuhnya.

Perubahan juga terjadi pada Riski secara fisik. Kondisi terakhir sebelum ia pergi dari rumah hari Jumat (7/4) lalu, yaitu rambut hampir sebahu dan berjenggot pendek.

"Pernah ditanya bapaknya, kenapa penampilannya seperti itu. Sunah Rasul katanya," ujar Mutiah.

Mutiah tidak merasa heran atas perubahan yang dialami Riski karena menganggap putranya itu sudah bertobat. Kegiatan ibadah di rumah juga tidak ada yang aneh bagi Mutiah.

Namun ternyata Riski sempat diminta meninggalkan musala di dekat rumahnya karena ada yang berbeda dari caranya beribadah. Lurah setempat, Joko Sumarsono, mengatakan peristiwa itu sudah cukup lama dan memang masalahnya terkait cara beribadah.

"Menghadpnya salah, kemudian cara berdirinya, kakinya terlalu terbuka lebar. Ya, memang sempat diminta itu (keluar dari musala)," kata Joko.

Selain itu, warga juga pernah mengamankan bendera hitam bertuliskan Arab putih milik Riski. Meski demikian, Riski dikenal sebagai orang baik walau banyak yang memperbincangkannya.


Buku Peninggalan Kakak

Sosok Riski yang berubah kerap diperbincangkan para tetangga. Mutiah mengungkapkan salah satu yang dibicarakan tetangga adalah tas yang selalu dibawa Riski.

"Dia terus membuktikan apa saja yang ada di dalam tasnya," kata Mutiah.

Ketika isi tas dikeluarkan, ternyata ada dua Al-Quran dan satu buku berjudul 'Murtad Tanpa Sadar'. Mutiah mengatakan buku bacaan itu milik kakaknya sebelum meninggal.

"Ya, bawaannya ini. Yang buku ini aslinya milik kakaknya. Dibawa terus ini," pungkas Mutiah.

Diberitakan sebelumnya, Mutiah baru mengetahui anaknya terlibat aksi teror di Tuban pada Senin (10/4) dini hari ketika sejumlah polisi datang. Suami Mutiah, Edi Suprianto, sudah memastikan ke Surabaya dan menegaskan bahwa salah satu pelaku yang dilumpuhkan adalah Riski. (dtk)