Cerita Anak Tukang Rujak Sukses Jadi Kapolres di Riau

Senin, 29 Mei 2017

Kapolres Kuantan Singingi. ©2016 Merdeka.com

INHILKLIK.COM -  Lahir dari orangtua penjual rujak dan pecel keliling kampung, membuat AKBP Dasuki Herlambang penuh semangat. Tak hanya mampu mengikuti jejak orangtua dalam mengulek bumbu, otak encer dan jenius berhasil membuatnya lolos masuk Akademi Kepolisian pada tahun 1993 dan lulus pada 1996 lalu.

Pria yang akrab disapa Dasuki alias Kiki ini tumbuh dan besar di kota Medan Sumatera Utara. Untuk dapat mengenyam pendidikan selama Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Pertama, dia kerap berjualan seperti yang dilakukan orangtuanya. Meski hidup serba kekurangan, semangatnya membara agar tetap dapat bersekolah.

"Dulu jangankan untuk sekolah, untuk makan saja susah. Kalau mau sekolah ya jualan dulu, cari uang sendiri dan bantu orangtua. Cita-cita saya ingin jadi gubernur saat itu," ujar Dasuki memulai perbincangan dengan merdeka.com, Jumat (30/12).

Bagi Dasuki, kondisi ekonomi bukanlah halangan untuk menggapai cita-cita. Menjadi seorang kepala daerah seperti gubernur, adalah impian Dasuki saat masih kecil. Namun untuk menempuh itu, zaman dulu memang kebanyakan mesti berlatar belakang militer.


"Saat kecil saya ingin jadi kepala daerah, saya pun berniat masuk militer supaya bisa jadi bupati atau gubernur. Saya pun semakin rajin jualan apa yang bisa dijual dan bantu orangtua, pakaian sekolah saja bekas abang saya, yang penting bisa sekolah," kata Dasuki.

Setelah menamatkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama di Medan, Dasuki memohon restu dari orangtuanya untuk menggali ilmu ke Pulau Jawa. SMA Taruna Nusantara di Magelang menjadi pilihannya. Ya, di situlah Dasuki mulai berpisah dari orangtuanya demi cita-cita. Sekolah di pulau Jawa merupakan impian anak-anak sebayanya kala itu.

"Dalam benak saya pada waktu itu, bagaimana caranya supaya bisa membuat orangtua saya senang dan bangga saya bisa jadi orang berpendidikan, meski anak tukang rujak dan pecal," kata Dasuki.

Selama menempuh pendidikan di SMA Taruna Nusantara, Dasuki dibiayai negara. Berkat IQ tinggi yang dimilikinya, dia mendapat beasiswa bersama pelajar lainnya.

"Tahun 1990, sekolah itu baru dibuka. Kami angkatan pertama saat itu. Lulusnya tahun 1993, saat itu saya langsung daftar AKABRI, supaya bisa jadi gubernur," ucapnya.

Setelah tamat dari SMA Taruna Nusantara, Dasuki coba-coba untuk mengikuti tes di Akabri yang belum terpecah saat itu. Targetnya bisa jadi anggota Kopassus untuk kemudian jadi gubernur, tapi Dasuki ditakdirkan ke Akpol bagian dari Akabri kala itu. Sadar akan pemberian dan anugerah Tuhan, Dasuki sangat bersyukur.

Tak terbayangkan raut wajah bahagia kedua orangtua mendengar Dasuki yang merantau jauh-jauh ke pulau Jawa bisa lulus di Akpol. Dasuki berhasil membuat orangtuanya bangga.


"Alhamdulillah sangat bersyukur sekali, anak seorang tukang rujak lulus di Akpol. Saat itu tak nyangka, jangankan untuk berlebih, untuk makan saja susah," ucap Dasuki.

Tahun 1993, Dasuki pun mulai menjalani pendidikan militer di Akpol bersama Taruna lainnya. Bayangkan saja, dari ratusan bahkan ribuan orang pendaftar, Dasuki salah satu orang yang hidup serba kekurangan mampu menyaingi yang lainnya. Selain otaknya encer, doa sang ibu membuatnya berhasil menamatkan pendidikan di Akpol tahun 1996.

"Semua yang saya dapatkan karena doa orangtua saya, doa ibu saya. Tapi beliau telah pulang sebulan sebelum saya dilantik jadi Kapolres Kuantan Singingi," kenang pria berusia 44 tahun ini.

Kini, Kapolres Kuantan Singingi provinsi Riau ini hanya bisa berdoa untuk ibunya yang sudah terlebih dahulu menghadap Sang Pencipta, Allah SWT. Ayahnya masih menemani Dasuki dalam menjalani hidup bersama istri Teti Indrawati dan empat orang anaknya. Enam saudara kandungnya yang turut mendukung perjuangannya, juga menjadi perhatian Dasuki saat ini.

Karena sejak kecil rajin membantu ayah dan ibunya untuk mengulek bumbu rujak dan pecel, kemampuan Dasuki tak diragukan lagi. Semua anak buahnya di Polres Kuantan Singingi pun diajari cara membuat rujak yang enak.

"Sejak kecil saya bisalah membuat rujak dan pecel, masakan lain juga bisa. Ilmu itu harus dibagi-bagi, siapa saja yang mau belajar buat rujak, silakan saya bersedia," pungkasnya. (yan/mrdk)