Kerap Mengamuk, Warga Gangguan Jiwa di Bengkalis Dipasung Rantai

Senin, 09 Oktober 2017

Amirudin (61) mendampingi anaknya Zulkaisar (37) yang sedang dipasung dengan rantai di kamar, Senin (9/10/17).

INHILKLIK.COM, BENGKALIS - Dikhawatirkan kerap mengamuk dan menyerang, Zulkaisar (37), salah seorang penderita gangguan jiwa, warga RT/RW 02/01 Jalan Lebai Wahid Gang Sahabat, Desa Bantan Tua, Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis sejak sekitar hampir sebulan terpaksa harus dikekang dengan rantai di rumahnya oleh pihak keluarga.

Zulkaisar dikenal warga setempat dengan sebutan Kai ini, mengalami gangguan jiwa sejak beberapa tahun lalu. Dia juga sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pekanbaru dan dinyatakan sembuh dan sempat bekerja membantu di desa. Namun, hampir sebulan lalu penyakit yang dideritanya itu kambuh. Bahkan diperparah dengan ‘menyerang’ dan ‘mengamuk’ warga. Kemudian sambil berkeliaran menggunakan senjata tajam, dan sempat menyerang satu unit mobil milik warga.

Mengingat kondisi yang tidak stabil itu serta sangat membahayakan, masyarakat dan pihak desa setempat meminta kepada pihak keluarga agar sementara waktu Kai di pasung di rumah dan tidak dibiarkan berkeliaran.

“Sempat mengamuk dan sangat sulit dikendalikan. Sambil memegang parang membacok mobil warga, kemudian warga sini juga nyaris jadi korban sabetan, beruntung bisa menghindar dan hanya mengenai sepeda motor. Siapa yang tidak ngeri?,” ungkap Jup (37), salah seorang warga Jalan Lebai Wahid, Desa Bantan Tua kepada wartawan, Senin (9/10/17).

Dikunjungi dikediamannya, Kai anak kedua dari 10 orang bersaudara ini sedang terbaring di ruang kamar Rumah Layak Huni (RLH) dari Pemkab Bengkalis. Kondisi kaki sebelah kanan dirantai besi dari bantuan desa yang diikatkan dengan bagian tembok dinding rumah.

Kai tanpa mengenakan baju dan hanya mengenakan celana pendek warna biru sedang terlihat tidur nyenyak tanpa alas lantai. Kaki sebelah kanan Kai yang dirantai tampak dibalut dengan obat tradisional peram karena bengkak.

Amirudin (61), orang tua Kai ketika didampingi istrinya Maryana (58) mengaku sedih melihat anaknya terpaksa dirantai seperti itu. Namun, dirinya tak mampu berbuat banyak karena kondisi anaknya kerap mengamuk dan meresahkan masyarakat.

“Kadang saya termenung melihat dia dirantai dan merasa sedih bahkan menangis tapi harus bagaimana lagi,” ungkapnya.

Amirudin juga tidak mengetahui persis apa yang menjadi penyebab hingga kondisi yang dialami anaknya seperti itu.

“Kalau penyebab saya tidak tahu, padahal sejak dua tahun sebelum ini tidak ada masalah seperti sekarang. Karena akan dirantai ini, dia juga sempat mengamuk dengan saya,” katanya lagi.

Karena kambuh anaknya ini, pihak keluarga sempat melaporkan ke pihak desa untuk menyampaikan bantuan ke Dinas Sosial (Dinsos), akan tetapi pihak desa menyampaikan belum bisa ditindaklanjuti karena kuota penuh.

“Sebab mengamuk itu, dia juga sempat menebak mobil orang kemudian ada mau membakar pondok orang di kebun. Polisi juga pernah dipukul dia,” katanya lagi. (rtc)