BJ Habibie : Hadiah Terbesar Bangsa China buat Indonesia adalah Agama Islam

Senin, 23 Oktober 2017

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Dalam beberapa Literatur resmi yang telah termuat, baik itu di Perpusatkaan Milik Negara, maupun yang bersifat Swasta. Bahwa, dijelaskan terkait cikal bakal kehadiran Islam di Nusantara. Menurut Presiden Republik Indonesia yang ke-3 (Prof. Dr. H. Bachruddin Jusuf Habibi, M.Eng). Bahwa Agama Islam datang ke Indonesia dan diperkenalkan pertama kali melalui bangsa Cina, yaitu dari Laksamana Cheng Ho.

Selain itu, informasi terkait dengan sumber data ini juga diperkuat ketika beliau (BJ. Habibi-red) memberikan ceramahnya di Masjid Lautze, Pasar Baru, Jakarta, Minggu (22/10/2017).

Bapak BJ Habibi menjelaskan, Islam lahir sekitar 14 abad silam. Saat itu Islam memang belum sampai ke Jazirah Tiongkok. Baru ketika jalur perdagangan dibuka 700 tahun kemudian, Islam sampai di Cina. Kemudian, Laksamana Cheng Ho datang ke Nusantara membawa misi Damai dan Islam pun dikenal oleh masyarakat Indonesia ketika itu.

"Ini yang sering saya katakan ketika saya bertemu siapa pun, termasuk Tokoh-tokoh Dunia. Ketika saya ke China, Saya diberitahu, umat Islam yang saya temui inilah orang-orang yang memperkenalkan Islam ke negara Anda," kata Pendiri ICMI tersebut.

"Saya bilang ke Pimpinan Beijing , saya sampaikan ke pimpinan Jerman. Bahwa agama Islam datang ke Indonesia dengan sikap yang Damai  bukan peperangan," jelas Ilmuan Pesawat Terbang indonesia tersebut, yang dilansir dari detik.com

Sejarah perkembangan Islam di Indonesia tak bisa dilepaskan dari Jasa Walisongo (Wali Sembilan).
Tahun 1968, Profesor Slamet Mulyana menulis itu dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara.

Walisongo adalah orang yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa, yakni Chen Jin Wen atau yang lebih dikenal dengan Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu). Ia adalah pendiri kerajaan Demak di Jawa Tengah.

WaliSongo dibentuk oleh Sunan Ampel pada tahun 1474. Mereka terdiri dari Sembilan orang Wali yaitu,
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho.
Sunan Drajat alias Bong Tak Keng.
Sunan Bonang alias Bong Tak Ang.
Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang.
Sunan Gunung Jati alias Du Anbo-Toh A Bo.
Sunan Kudus alias Zha Dexu-Ja Tik Su.
Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Ying Hua alias Tan Eng Hoat.
Sunan Giri yang merupakan Cucu dari Bong Swie Ho.

Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada tahun 1401 di Champa (Kamboja). Saat itu, banyak sekali orang Tionghoa penganut Agama Muslim bermukim di sana.

Ia tiba di Jawa pada 1443. Tiga puluh enam tahun kemudian, yakni pada 1479, ia mendirikan Mesjid Demak.

Belanda yang sempat 'berperang' dengan para Wali itu tidak percaya bahwa Sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa.

Untuk memastikannya, pada 1928 Residen Poortman ditugaskan oleh Pemerintah Belanda untuk menyelidikinya.

Poortman lalu menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita naskah berbahasa Tionghoa. Beliau menemukan Naskah kuno berusia ratusan tahun sebanyak tiga Pedati. Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dalam Serat Kanda Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun, yang dalam Abad Tanah Jawi disebut sebagai Senapati Jimbun
Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti "Orang Kuat".

Cucu Raden Patah, Sunan Prawata atau Chen Muming atau Tan Muk Ming adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Demak. Ia berambisi meng-Islamkan seluruh Jawa, sehingga apabila Ia berhasil maka ia bisa menjadi "Segundo Turco" (seorang Sultan Turki ke II), sebanding Sultan Turki Sulaiman I dengan ke Megahannya.

Kata Walisongo yang selama ini diartikan Sembilan (Sanga/Songo) Wali, ternyata masih memberikan Celah untuk versi penafsiran lain. Ada yang berpendapat bahwa kata 'Sanga' (dilafalkan sebagai 'Songo' dalam Bahasa Jawa) berasal dari kata 'Tsana' dari bahasa Arab, yang berarti Mulia.

Pendapat lainnya menyatakan kata 'Sanga' berasal dari kata 'Sana' dalam bahasa Jawa yang berarti Tempat. Kata Sunan yang menjadi Panggilan para anggota WaliSongo, dipercaya berasal dari dialek Hokkian 'Su' dan 'Nan'. 'Su' merupakan kependekan dari kata 'Suhu atau Saihu' yang berarti Guru.

Disebut Guru, karena para Wali itu adalah Guru-guru Pesantren Hanafiyah, dari Mazhab Hanafi.
Sementara 'Nan' berarti Selatan, sebab para penganut Aliran Hanafiah ini berasal dari Tiongkok Selatan.

Perlu diketahui juga bahwa sebutan 'Kyai' yang kita kenal sekarang sebagai Sebutan untuk Guru Agama Islam, dulu digunakan untuk memanggil seorang lelaki Tionghoa Totok, seperti pangggilan 'Encek' dan Sadar atau tidak, baju Muslim yang kerap digunakan oleh Laki-laki Muslim Indonesia sangat mirip dengan pakaian ala China. Baju Koko dan penutup kepala putih berasal dari China, karena di Negeri asal Islam di Timur Tengah Pakaian ini tidak dikenal.

Islam ada di Indonesia sejak awal Hijriah. Menurut catatan Resmi dari Jurnal China Dinasti Tang th 618 M, kepulauan Indonesia sudah masuk Islam (Sartono Karto dirdjo, Sejarah nasional Indonesia II, depdikbud, 1977, hal 265, Dr. Alwi Shihab Phd, Akar tasawuf di Indonesia, Depok, penerbit IIman, Hal.9).

 

Spiritriau