Sniper polisi dan TNI ikut dikerahkan buru Harimau Bonita di Indragiri Hilir

Kamis, 15 Maret 2018

Harimau Sumatera yang menewaskan dua warga Desa Tanjung Simpang Kanan Kecamatan Pelangiran Kabupaten Indragiri Hilir belum ditangkap hingga saat ini. Tim Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Provinsi Riau kewalahan hingga meminta bantuan sniper dari TNI-Polri setempat untuk mengantisipasi serangan harimau bernama Bonita itu.

Dari hasil rapat bersama antara BBKSDA, Pemkab Inhil, dan TNI Polri serta tokoh masyarakat setempat, mereka membentuk tim gabungan dan membagi tugas dengan mendirikan 2 posko penangkapan harimau itu.

"Dari kepolisian ada empat personel yang disebar masing-masing dua orang untuk setiap posko. Karena ada dua posko yang dibentuk sesuai hasil rapat," ujar Kapolsek Pelangiran Iptu Muhammad Rafi, Kamis (15/3).

Dalam upaya penangkapan dan antisipasi serangan hewan buas dilindungi itu, polisi dan TNI dilengkapi senjata laras panjang. Itu digunakan untuk berjaga-jaga jika harimau melakukan serangan terhadap tim. Penembak jitu polisi dan TNI juga ikut bergabung dengan tim.

"(Sniper) dari rekan TNI ada sekitar empat personel juga. Selain itu ada bantuan personel lainnya dari Polres Inhil sebanyak dua orang," ucap Rafi.

Petugas TNI-Polri bersenjata tersebut merupakan permintaan dari pihak BBKSDA Provinsi Riau untuk kondisi darurat, jika Bonita melakukan penyerangan terhadap petugas, dengan catatan jika kondisinya terpaksa.

Sejak Januari hingga Maret 2018, sudah 2 orang warga diterkam Harimau di Kecamatan Plangiran Kabupaten Indragiri Hili Provinsi Riau. Untuk itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau langsung ke lokasi guna melakukan penangkapan. Mereka menambah personel dibantu kepolisian dan TNI setempat.

Dua korban itu adalah Jumiati dan Yusri. Keduanya meninggal dunia akibat terkaman taring dan cakar hewan karnivora tersebut. Namun, daging kedua korban tidak dimakan, hanya terdapat luka cakaran dan gigitan taring tapi mematikan.

 

Sumber : Merdeka.com