Ustaz Abdul Somad Tanggapi Dukungan TGB ke Jokowi

Ahad, 08 Juli 2018

INHILKLIK.COM, JAKARTA -- Pascapertemuan Multaqa Ulama dan Da'i hari ketiga di Grand Cempaka Jakarta, Jumat (6/7), para peserta Multaqa mendesak Ustaz Abdul Somad dan Bachtiar Nasir untuk memberikan komentarnya tentang politik terkini. Terutama, yang berkenaan dengan pernyataan Gubernur NTB Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang mendukung Jokowi dua periode.

Ustaz Abdul Somad mengatakan, beberapa waktu lalu alumni Universitas al-Azhar Kairo, Mesir, melaksanakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut, kata Ustaz Somad, para alumni al-Azhar sepakat untuk mengusung TGB menjadi pemimpin nasional.

“Karena ini adalah keputusan bersama para alumni al-Azhar, saya setuju dengan keputusan tersebut dan mengusung TGB menjadi pemimpin nasional,” ujarnya, Jumat (6/7).

Namun, Ustaz Somad menekankan dukungan ini konteksnya dahulu, bukan sekarang. Sekali lagi, ia menekankan konteksnya dahulu bukan sekarang.

“Keputusan alumni al-Azhar dahulu untuk menjadikan TGB pemimpin nasional yaitu untuk menjadi RI-1, bukan RI-2, dan seterusnya,” katanya menjelaskan. Menurutnya, Indonesia merupakan negara bermazhab Syafi'i, sementara Imam Syafi'i ada qaulul qadim (pendapat lama) dan ada qaulul jadid (pendapat baru). “Dan, saya meniru Imam Syafi'i,” ucapnya.

Sementara, Ustaz Bahtiar Nasir menambahkan, ia menilai TGB merupakan pemimpin nasional pada masa mendatang. “Tapi apa pun keputusan TGB itu merupakan ijtihad politiknya, maka kita harus berlapang dada, dan menghargai pilihan politiknya. Umat harus menerima perbedaan dengan sikap dewasa,” ujarnya, Jumat (6/7).

Sebelumnya, TGB menyampaikan, pernyataan dukungan tersebut dilandaskan  sejumlah pertimbangan. "Semata karena pertimbangan maslahat bangsa, umat, dan akal sehat agar pembangunan yang tengah berjalan di seluruh penjuru bisa dituntaskan dengan maksimal sesuai hajat masyarakat," ujar TGB kepada Republika.co.id, Kamis (5/7).

TGB yang sudah dua periode menjabat sebagai gubernur NTB sejak 2008 menilai, proses pembangunan membutuhkan waktu yang tidak singkat. "Pengalaman saya di NTB, tidak cukup satu periode untuk menuntaskan tugas-tugas besar membangun daerah, apalagi membangun Indonesia yang sangat luas dan kompleks ini," ungkap TGB.

 

(republika)