Biadab, Ada Orang Maling Alat Deteksi Gunung Krakatau, Penyebab Tsunami?

Ahad, 23 Desember 2018

INHILKLIK.COM, JAKARTA – Tsunami Banten yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) dipertanyakan banyak pihak. Pasalnya, tidak ada peringatan atau tanda-tanda kegempaan sebelumnya.

Namun disebutkan, tsunami yang sampai dengan Minggu (23/12) pukul 16.00 WIB telah merenggut 222 korban jiwa itu juga disebabkan adanya longsor dasar laut yang dipicu aktivitas anak Gunung Krakatau.

Berdasarkan penelusuran PojokSatu.id, akun instagram Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Kepulauan Krakatau Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sempat mengunggah adanya kerusakan alat deteksi aktivitas anak Gunung Krakatau.

Disebutkan, bahwa sejumlah bagian dari alat penting itu ternyata hilang. Diduga dicuri oleh orang tidak bertanggungjawab.“Pada hari minggu, 14 Oktober 2018, tim dari Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) yang berjumlah 6 orang melaksanakan kegiatan pemeliharaan peralatan pemantau Gunung Anak Krakatau,” tulis akun @krakatau_ca_cal pada 17 Oktober 2018 lalu.

Dijelaskan, hal itu dilakukan lantaran sejak beberapa hari sebelumnya, peralatan tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Sehingga, pencatatan, perekaman dan pengiriman aktivitas anak Gunung Krakatau tidak dapat dilakukan.

“Pemeliharaan yang dilakukan berada di 2 titik stasiun yaitu stasiun lava dan stasiun krakatau,” lanjutnya.

Ternyata, penyebabnya adalah accu atau batterai yang berfungsi untuk menghidupkan dan menjalan alat tersebut telah hilang.

“Tim juga mendapati kabel-kabel yang telah terpotong serta peralatan yang berada di dalam bunker telah berantakan dan berhamburan,” jelasnya.

Diduga, hilangnya sejumlah kelengkapan alat tersebut dikarenakan aksi pencurian yang dilakukan orang tak bertanggungjawab.

“Mereka tidak menyadari betapa penting peralatan tersebut untuk tetap berfungsi sehingga dapat memberikan data dan informasi kepada masyarakat sebagai bentuk peringatan dini bahaya erupsi Gunung Anak Krakatau,” tulisnya.

Diberitakan PojokSatu.id sebelumnya, usai tsunami Banten, masyarakat pun harus lebih waspada. Pasalnya, anak Gunung Krakatau dinyatakan masuk dalam zona merah.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Wawan Irawan mengatakan, Gunung Anak Krakatau masuk dalam zona merah.

Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB), hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau berdiameter kurang lebih 2 kilometer (km) merupakan kawasan rawan bencana.

Berdasarkan data-data visual dan instrumental, potensi bahaya dari aktifitas Gunung Anak Krakatau kini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 km dari pusat erupsi.

“Sedangkan, sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin,” kata Wawan di Bandung, Minggu (23/12/2018).

Dari hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada).

“Dengan status Level II (Waspada) tersebut, kami minta kepada masyarakat jangan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 km dari Kawah,” ucap dia.

Dia menghimbau kepada masyarakat di sekitar wilayah Banten dan Lampung agar tetap tenang serta waspada.

“Masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung harap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau menyebabkan tsunami,” imbaunya. (pojoksatu)