Kisah Memburu Hitlernya Belanda, Westerling

Kamis, 24 Januari 2019

INHILKLIK.COM, PEKANBARU - Westerling tahu, gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) gagal menguasai Kota Bandung pada 23 Januari 1950, Westerling kemudian melarikan diri ke Jakarta. Sedangkan sisa pasukannya juga diburu dan dihancurkan APRIS.

Ditemani orang kepercayaannya, Pim Colsom dan dua orang polisi pembelot, Westerling kemudian melarikan diri ke Jakarta. Mereka mengendarai tiga mobil jeep, dan Westerling secara berkala berganti-ganti mobil.

Di Jakarta, Westerling hidup berpindah-pindah dari satu lokasi ke lokasi lain. Bahkan, dia disebutkan pernah bertemu dengan Sultan Hamid II di suatu tempat di Jalan Veteran, Jakarta.

Awal Februari 1950, salah satu perwira KNIL kepercayaan Westerling, Letnan Kolonel Rappard tewas oleh APRIS (TNI saat itu). Tewasnya Rappard membuat Westerling gundah, karena tak ada lagi pendukung kuatnya.

Westerling kemudian merencanakan akan pergi ke Belanda. Namun, rencana ini tercium intelijen APRIS. Maka, dibentuk tim untuk memburu Westerling. Tim ini dikomandoi oleh Mayor Brenthel Soesilo, dan salah satu anggota timnya adalah Letnan Princen, mantan serdadu Belanda yang membelot ke Indonesia.

23 Februari 1950, intelijen tim mencium Westerling ada di Pelabuhan Tanjung Priok dengan kawalan beberapa orang. Tim pemburu kemudian mengirimkan dua anggota tim untuk menjebak Westerling, namun gagal.

Akhirnya, terjadi kontak tembak antara pengawal Westerling dengan tim pemburu, termasuk Mayor Soesilo dan Letnan Princen. Ditengah kontak tembak tersebut, secara ajain Westerling lolos dan melarikan diri ke Singapura.

Karena tanpa dokumen, otoritas Singapura kemudian mendeportasi Westerlig ke Belanda. Dia hidup hingga akhir hayatnya di Belanda, tanpa pernah diadili atas kejahatan kemanusian yang pernah dilakukannya di Singapura.