Sepanjang 2019, 10 Ribu Warga Afghanistan Korban Konflik

Sabtu, 22 Februari 2020

INHILKLIK.COM, AFGHANISTAN - Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat adanya lebih dari 10 ribu warga sipil Afghanistan yang menjadi korban tewas dan luka dalam konflik berkepanjangan di negara tersebut sepanjang 2019. Angka korban di atas 10 ribu tercatat di Afghanistan selama enam tahun berturut-turut.

Laporan terbaru Kantor Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mencatat adanya 3.403 warga sipil yang tewas dan 6.989 lainnya terluka di Afghanistan sepanjang 2019.

Dilansir dari laman resmi OHCHR, Sabtu 22 Februari 2020, sebagian besar kematian dan luka diakibatkan elemen-elemen anti-pemerintah Afghanistan.

"Hampir semua warga Afghanistan tidak dapat meloloskan diri dari dampak buruk kekerasan," kata Tadamichi Yamamoto, Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Afghanistan.

"Merupakan hal penting bagi semua kubu untuk menghentikan pertempuran. Nyawa warga sipil harus dilindungi seiring berjalannya proses perdamaian," sambung dia, yang juga menjabat sebagai Kepala Misi Bantuan PBB untuk Afghanistan (UNAMA).
 
Angka dalam laporan terbaru UNAMA dan OHCHR merepresentasikan penurunan sekitar lima persen dari tahun 2018. Penurunan terjadi karena kehadiran faksi kelompok militan Islamic State (ISIS) di Afghanistan sudah jauh berkurang.

Namun angka korban jiwa dan luka yang diakibatkan kelompok Taliban meningkat 21 persen dan 18 persen untuk pasukan militer internasional. Peningkatan ini terjadi karena banyaknya jumlah serangan udara dan juga bom rakitan (IED).

"Semua kubu bertikai harus mematuhi prinsip-prinsip dasar dalam mencegah adanya korban dari masyarakat sipil," tutur Michelle Bachelet, Komisioner Tinggi HAM PBB.

"Mereka semua harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi wanita, pria, anak laki-laki dan perempuan dari serangan bom, mortir, roket dan ranjau darrat," lanjutnya.

Sementara itu, kesepakatan penurunan kekerasan di Afghanistan yang disepakati Amerika Serikat dan kelompok Taliban mulai diberlakukan Sabtu ini. Penurunan kekerasan merupakan langkah krusial menuju penandatanganan perjanjian damai final antara AS dan Taliban, yang dijadwalkan berlangsung 29 Februari mendatang.


sumber: medcom.id