Budayawan dan Tokoh Riau H. Tenas Effendy Meninggal Dunia

Jumat, 27 Februari 2015

post

INHILKLIK.COM,  PEKANBARU -  Innalillah wa inna ilaihi roji'un. Satu lagi putra terbaik Riau, pergi meninggalkan kita. Budayawan H Tenas Effendy (78 tahun), meninggal dunia Sabtu (28/2) dini hari ini sekitar pukul 00.15 Wib di RSUD Arifin Achmad, Pekanbaru. 

Putra asal Pelalawan itu menghembuskan nafas terakhir, setelah seminggu lebih berjuang melawan gejala kanker usus yang diidapnya. 

Sebelum 14 jam dirawat intensif di RSUD Arifin Achmad, almarhum sempat ditangani para dokter di RS Putra Medical Center, Melaka, Malaysia. Namun, setelah beberapa hari dirawat, kondisi kesehatan pria yang bernama lengkap Tengku Nasaruddin Said Effendy itu, makin memburuk, bahkan kritis. 

Karena itu, Jumat (27/2) pagi, atas izin dokter setempat, keluarga memutuskan menerbangkannya ke Pekanbaru untuk dirawat di RSUD Arifin Achmad. Pesawat yang membawa Tenas Effendy, mendarat di Bandara SSK sekitar pukul 11.00 Wib. Ikut menjemput Tenas ke Melaka, Ketua Harian Lembaga Adat Melayu Riau, Drs Al-azhar dan tiga pengurus LAMR lainnya. Termasuk Tengku Lukman Jaafar, Tengku Azmun Jaafar dan Tengku Khalil Jaafar.

Sampai di Pekanbaru, Tenas Effendy langsung dilarikan ke rumah sakit, dengan bantuan oksigen. Diiringi puluhan orang yang ikut menyambutnya sejak di Bandara. Tim dokter RSUD Arifin Achmad melakukan berbagai upaya bagi penyembuhan Tenas. Namun, Allah berkehendak lain. "Sekitar pukul 00.15 Wib, beliau pergi meninggalkan kita," ujar Al-azhar.
Kabar duka ini cepat menyebar. Semua terkejut dan merasa kehilanagan. Termasuk Plt Gubernur Riau Ir Arsyadjuliandi Rachman MBA. "Kita kehilangan tokoh panutan dan pemersatu. Beliau bukan sekedar budayawan Melayu kenamaan, tapi tokoh yang selalu menyejukkan di Riau. Tempat bertanya yang handal, manakala Riau ingin mencari solusi yang dihadapi negeri," tuturnya.

Tengku Nasaruddin Said Effendy atau yang lebih dikenal dengan Tenas Effendy dilahirkan pada 9 November 1936 di Dusun Tanjung Mualim, Desa Kuala Panduk, Pelalawan. Namanya merupakan nama pemberian dari ayahnya Tengku Said Umar Muhammad.

Ayah Tenas Effendy adalah sekretaris pribadi Sultan Said Hasyim, Sultan Pelalawan ke-8 pada waktu itu. Ayahnya selalu menulis mengenai semua silsilah Kerajaan Pelalawan, adat - istiadat, dan peristiwa penting lainnya dalam sebuah buku yang dinamakan Buku Gajah. 

Setelah Sultan Said Hasyim mangkat pada tahun 1930, T. Said Umar Muhammad dan keluarganya pindah dari Pelalawan ke Kuala Panduk dan menjalani aktivitas seperti masyarakat lainnya.

Kebiasaan dalam mendengar, melihat, dan mengamati berbagai khasanah budaya ini secara berangsur - angsur membuat Tenas mampu menyerap berbagai unsur budaya tersebut dan terpatri sangat mendalam dalam kehidupannya. Hal inilah yang kemudian mengantarkannya dalam serangkaian penelitian kebudayaan. Dari perjalanan panjangnya berkecimpung dengan kajian kebudayaan dan aktivitasnya dalam menulis, Tenas berhasil mengumpulkan lebih kurang 20.000 ungkapan, 10.000 pantun, dan tulisan - tulisan mengenai kebudayaan Melayu. Kepiawaiannya dalam menulis dan pengetahuannya yang mendalam tentang kebudayaan menarik minat banyak institusi untuk berbagi pemikiran dalam berbagai seminar, simposium, dan lokakarya mulai dari Malaysia, Singapura, Brunei sampai ke Belanda.

Tenas pun aktif dalam kegiatan  seni berupa pembacaan puisi dan sering mengisi acara karya budaya yang disiarkan oleh RRI Padang.

Suami dari Tengku Zahara binti Tengku Long Mahmud ini memutuskan untuk menyingkat namanya sebab apabila masyarakat mengetahui bahwa peneliti itu adalah seorang tengku, maka akan timbul semacam jarak antara dirinya dengan masyarakat sehingga ia tidak bisa leluasa dalam menggali informasi di masyarakat.

Sebagai seorang sastrawan, Effendy telah banyak membuat makalah, baik untuk simposium, lokakarya, diskusi, maupun seminar, yang berhubungan dengan Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand Selatan, Filipina Selatan, sampai Madagaskar. Effendy sangat menjunjung tinggi dan amat peduli dengan kemajuan dan perkembangan kebudayaan Melayu. (*)


Source: Zonariau.com