Pemimpin WHO Didesak Mundur

Selasa, 14 April 2020

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Petisi online yang menyerukan pengunduran diri pemimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus tengah menjadi sorotan publik. Petisi itu kini berhasil mengumpulkan hampir satu juta tanda tangan.

Tedros yang merupakan politisi asal Ethiopia sekaligus pemimpin WHO yang didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menjabat sebagai direktur jenderal sejak Juli 2017. Saat ini ia mendapatkan banyak kecaman karena pandemi virus corona COVID-19.

Sebagaimana diketahui saat ini COVID-19 telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dari seluruh dunia, dan membuat 1,7 juta orang terinfeksi. Tedros dituduh mengizinkan China melaporkan dampak infeksi virus yang terjadi di Kota Wuhan yang dipercaya sebagai asal mula virus.

Banyak kritikus percaya bahwa, laporan yang diberikan China kabarnya memengaruhi kemampuan negara-negara lain untuk merespon mengenai wabah ini.

“Kami sangat berpikir Tedros Adhanom Ghebreyesus tidak cocok untuk perannya sebagai Direktur Jenderal WHO. Petisi dengan 853.000 tanda tangan, yang diposting di situs web Change.org, menyatakan, menyerukan pengunduran diri langsung pejabat itu,” tulis petisi tersebut, melansir dari Foxnews, Senin (13/4/2020).

Banyak dari masyarakat yang benar-benar kecewa dengan tindakan yang dilakukan Tedros. Sebagian dari mereka menyarankan agar WHO bersikap netral secara politik. Pasalnya tanpa penyelidikan lebih lanjut Tedros seakan percaya pada data jumlah kematian dan infeksi yang diberikan pemerintah China.

Anggota parlemen Amerika Serikat (AS) telah menjadi salah satu orang yang menyuarakan kritik paling keras untuk Tedros. Minggu lalu sekelompok Republikan dari Komite Pengawasan DPR menulis surat kepada Tedros.

Mereka menuntut agar Tedros bisa memberikan sikap yang tepat antara hubungannya dengan para pejabat China.

"Sepanjang krisis, WHO telah menghindar dari menyalahkan pemerintah China yang pada dasarnya adalah Partai Komunis China. Anda, sebagai pemimpin WHO, memuji 'transparansi' pemerintah China selama krisis, dan pada kenyataannya, mereka berbohong kepada dunia,” ungkap anggota parlemen AS.

Selain itu WHO juga pernah mengatakan bahwa pemerintah China menemukan tidak ada bukti yang jelas dari penularan COVID-19. Penasihat Ekonomi Gedung Putih, Peter Navarro menyebut Tedros sebagai salah satu "proksi" pemerintah China.

Terlebih ketika Beijing berupaya mendapatkan pengaruh atas berbagai agensi yang dikelola oleh AS. Navarro mengatakan Presiden, Trump mempertimbangkan untuk memotong dana untuk WHO. Hal ini dilakukan setelah presiden menuduh agen itu merusak penanganan pandemi COVID-19.

"Itu semua pandangan China tentang dunia dan bagaimana mereka ingin mengendalikan berbagai jenis organisasi internasional, bahkan ketika mereka tidak bermain dengan aturan internasional,” terang Navarro.

Pekan lalu Tedros mengecam Presiden Trump, menuduh bahwa para pemimpin AS mempolitisasi pandemi. Pernyataan tersebut diungkapkan setelah Trump mengancam akan memotong dana AS untuk WHO.

"Jika Anda tidak menginginkan lebih banyak kantong mayat, jangan menahan diri untuk mempolitisirnya. Mohon karantina politisasi COVID," terang Tedros dalam sesi konferensi pers.

Sebelumnya, Tedros memuji penanganan Trump terhadap pandemi COVID-19. Ia mengatakan presiden telah mengambil tanggung jawab yang benar dalam merespon pandemi COVID-19 yang terjadi di AS.

Tedros juga memperingatkan akan banyak kematian akibat virus jika negara-negara terlalu cepat mengurangi langkah-langkah mitigasi. Beberapa diantaranya seperti perintah untuk tinggal di rumah (isolasi mandiri) dan menjaga jarak sosial (social distancing).

“Pada saat yang sama, pengurangan pembatasan yang terlalu cepat dapat menyebabkan banyak kematian. Jalan ini bisa sama berbahayanya jika tidak dikelola dengan baik,” ungkap Tedros.

Tedros juga mengatakan beberapa negara dengan sistem perawatan kesehatan yang kuat tampak benar-benar terkejut oleh pandemi COVID-19. Ini menunjukkan bahwa sistem kesehatan apa pun dapat memiliki celah.

“Kami harus rendahan hati untuk melihat sejauh mana sistem kami dipersiapkan. Di mana ada celah dan bagaimana kami dapat memperbaikinya untuk masa depan,” tutup Tedros.

sumber: okezone.com