Inilah Lukisan Termahal Sepanjang Sejarah

Jumat, 06 Februari 2015

post

Lukisan "Nafea faa Ipoipo atau Dua Gadis Tahiti" karya Paul Gauguin. (shutterstock)
INHILKLIK.COM - Lukisan "Nafea faa Ipoipo atau Dua Gadis Tahiti" karya Paul Gauguin mencatatkan rekor sebagai karya seni termahal sepanjang sejarah setelah terjual senilai 200 juta poundsterling atau sekitar Rp4 triliun.  Lukisan cat minyak di atas kanvas buatan tahun 1892 itu dibeli oleh Qatar Museum dari Rudolf Staechelin, seorang kolektor asal Swiss. 

New York Times melaporkan, Rudolf merupakan pensiunan eksekutif Sotheby dari Basel, Swiss yang kini berumur 62 tahun. Ia menolak menyebutkan identitas pembeli lukisan ini, dan hanya menyebut dibiayai Qatar Museum. 

Selama lebih dari 60 tahun lukisan ini disimpan di Basel Kunstmuseum (museum seni). Rudolf memutuskan untuk menjual lukisan ini, karena pihak museum tak juga membeli koleksinya. 

"Menyakitkan mengingat bahwa pinjaman permanen masih pinjaman," kata museum Basel.

Rudolf mengatakan ia memutuskan menjual investasi keluarga kepercayaannya, yang sebagian besar merupakan lukisan bergaya impresionis yang bernilai tinggi. Ia mengaku, saking beharganya  tidak pernah menggantung lukisan koleksi kakeknya di rumahnya sendiri.

"Cara itu menyedihkan. Tapi di sisi lain, itu adalah fakta kehidupan. Koleksi pribadi seperti orang pribadi. Mereka tidak hidup selamanya." katanya kepada New York Times. 

Pembelian ini memecahkan rekor yang dibuat pada 2011 ketika Qatar Museum berani membayar "The Players Card" karya Paul Cezanne seharga 259juta dolar. Qatar museum telah menghabiskan jutaan dolar untuk membeli karya seni modern Barat dalam beberapa tahun terakhir.

Para ahli mengatakan bahwa penjualan bisa menjadi awal dari sebuah tren baru penjualan karya klasik melalui penawaran langsung. 

Nafea Faa Ipoipo menggambarkan dua perempuan muda yang berpakaian gaya misionaris, yang melambangkan paduan Eropa dan adat Polinesia. 

Lukisan ini dibuat Gauguin selama kunjungan pertamanya ke Tahiti, saat ia berusia 43-44, di mana ia melakukan perjalanan untuk melarikan diri "segala sesuatu yang artifisial dan konvensional" di Eropa.

Ia kembali ke Polinesia pada tahun 1895, dan meninggal di sana di tahun 1903 pada usia 54 tahun. (telegraph.co.uk)