Apakah Tidak Ada Tempat Aman untuk Wanita Sekarang?

Kamis, 23 Desember 2021

Foto ikustrasi (detik.com).

INHILKLIK.COM - Pelecehan seksual menjadi salah satu kasus yang paling banyak kita jumpai pada saat ini. Dalam beberapa minggu ini, siaran televisi,media cetak tidak henti hentinya memberikan kabar mengenai kasus tersebut. Komnas perempuan mengungkapkan 4.500 kasus kekerasan seksual terhadap perempuan telah diadukan selama tahun 2021 dan meningkat seiring berjalannya waktu. Jenis pelecehan seksual yang terjadi sangat beragam, mulai dari pelecehan langsung sampai tidak langsung. Perempuan dari berbagai usia menjadi korbannya, terutama pada anak anak dan remaja yang  menjadi sasaran empuk bagi pelaku. Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja tidak memandang waktu dan tempat, ketika pelaku memiliki kesempatan maka dia akan melancarkan aksinya.

Seperti yang kita tahu bahwasanya pelaku pelecehan tidak hanya orang asing akan tetapi keluarga, kerabat dan lingkungan tempat tinggal menjadi sosok pelaku yang paling menyeramkan. Ketika terjadi pelecehan seksual, masyarakat kerap kali menjadikan korban sebagai kambing hitam. Mereka selalu berfikir bahwasanya korban lah yang memancing hal tersebut dapat terjadi, mereka hanya mengikuti ego pikiran mereka tanpa memikirkan perasaan korban dan kondisi psikologisnya.

Ketika berita muncul mengenai seorang ayah kandung memperkosa anaknya, tetangga yang memperkosa tetangga lainnya, mahasiswi yang mendapat pelecehan dari seorang dosen, istri yang menjadi korban pelecehan dari teman teman suaminya, pelajar yang menjadi korban dari pemilik pesantren, supir yang memperkosa penumpang. Semua hal itu membuat kita berfikir, apakah saat ini memang tidak ada tempat aman untuk seorang perempuan? Rumah yang awalnya menjadi tempat mereka untuk beristirahat, berlindung sekarang sudah tidak aman lagi, sekolah tempat mereka untuk menuntut ilmu pun sudah tidak aman. Lantas dimana sekarang tempat mereka untuk berlindung? Dimana tempat aman untuk mereka? Dan ketika mendengar berita seperti itu, apakah akan tetap menyalahkan korban? pikiran kotor pada prialah yang menjadi penyebab utamanya. Para pelaku tidak dapat mengontrol pikiran jahat mereka, dan ini adalah salah satu termasuk  efek samping penggunaan internet yang tidak baik.

Dulu orang orang selalu beranggapan bahwa pakaian korbanlah yang memancing pelaku  untuk melakukan tindakan yang tidak senonoh. Selalu ada anggapan bahwa korban yang bersikap genit, menggoda dan hal lainnya. Akan tetapi semua itu hanya omong kosong,nyatanya ketika kita mendengar berita berita yang telah saya sebutkan tadi, kita tidak dapat hanya menyalahkan korban dan hanya mengikuti sudut pandang pemikiran kita.

Rasa takut,tidak aman dan tentunya trauma menjadi salah satu dampak yang sangat berpengaruh untuk korban. Hal tersebut tidak bisa hilang begitu saja, ada banyak proses yang harus mereka lalui agar bisa menata kehidupannya kembali dan menjadi sosok yang jauh lebih kuat, semua itu tidak mudah. Hal tersebut juga menjadi penghambat untuk mereka melakukan aktivitas sehari-hari,kerap kali korban merasa takut ketika bertemu orang lain dan  munculnya gangguan kecemasan. Kondisi psikologis mereka menjadi terganggu. Selain itu korban juga bisa tertular penyakit kelamin seperti HIV.  Pendidikan pun akan terganggu.

Diharapkan untuk kedepannya hal hal seperti ini tidak terulang kembali, tidak ada pelecehan seksual dan juga tidak ada lagi yang menyalahkan korban atas semua hal yang  sudah terjadi. Terkadang para korban takut untuk melapor kepada pihak berwajib karena asumsi masyarakat tadi yang tidak baik dan tidak bisa menerima mereka, mereka hanya terus saja disalahkan. Para korban membutuhkan semangat dari kita semua, mereka butuh perlindungan dan keamanan. Semua wanita butuh tempat aman. Mari kita kedepannya jauh lebih bisa menghargai dan menjaga kehormatan, martabat kita sesama manusia. Saling menyayangi tanpa adanya tindakan kejahatan dan pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal. Wanita harus lebih tegas dan berhati hati dalam setiap kondisi. Wanita juga dapat membentengi diri mereka dengan ilmu bela diri agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Selalu menyimpan alat perlindungan seperti semprotan cabai atau hal apapun yang dapat melindungi diri dari bahaya. 

 

Penulis:
Qurratu A'yuni
Mahasiswi Inhil - Malang
Jurusan S1 Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang