Harga Kelapa Anjlok, Sambu Batasi Pembelian, Dampak Krisis Ekonomi Global?

Rabu, 29 Juni 2022

Aktivitas bongkar muat kelapa di Kecamatan Mandah, Kabupaten Indragiri Hilir.

INHILKLIM.COM, TEMBILAHAN - Masyarakat Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) kembali menjerit, pasalnya harga kual kelapa yang menjadi pengahasilan mayoritas penduduk negeri sribu parit kini harganya terjun bebas.

Dari informasi yang dirangkum media ini, harga jual kelapa bulat ke pengepul berkisar Rp 1500 an per kilogramnya. Tidak seimbang dengan harga kebutuhan pokok yang terus melambung tinggi.

Dan hingga saat ini, belum ada statmen resmi dari Pemerintah Derah (Pemda) Kabupaten Inhil menyikapi turunnya harga komoditi yang menjadi andalan negeri berjuluk hamparan kelapa dunia.

Namun, mengutip dari beberapa sumber, salah satu faktor turunnya harga kelapa diakibatkan oleh krisis ekonomi global yang tidak stabil serta danpak dari perang Rusia dan Ukraina.

Kontan.co.id menuliskan dunia saat ini sedang mengalami krisis ekonomi yang cukup parah. Belum selesai krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, saat ini kita dihadapkan pada krisis pangan dan energi karena perang antara Rusia dan Ukraina. Dan krisis yang terjadi saat ini belum sampai puncaknya. Karena belum ada gejala ekonomi dunia sedang membaik.

Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) pada Rabu (15/06/2022), seperti yang diungkapkan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Setianto, krisis pangan dan energi yang terjadi telah memicu inflasi dan perlambatan ekonomi di beberapa negara.

"Dan kabar buruknya, kondisi krisis pangan dan energi berimbas kepada Indonesia. Sebab negara-negara yang mengalami kondisi itu merupakan mitra dagang Indonesia, yang merupakan negara tujuan ekspor produk kita," kata Setianto.

Hal ini berdampak menurunnya permintaan produk dari Indonesia. Tercatat oleh BPS, angka ekspor Indonesia bulan Mei 2022 menurun 21, 29 % dibanding bulan April 2022. Salah satu yang terkena imbasnya adalah kelapa dan produk turunannya seperti santan, minyak goreng, minuman air kelapa, kelapa parut, dan sebagainya.

Menurut data Badan Karantina Kementerian Pertanian Indonesia (Maret 2022), Amerika, Tiongkok, Korea Selatan, India, Thailand dan Malaysia merupakan negara tujuan ekspor kelapa dan produk turunannya. Negara-negara tersebut mengurangi impor karena sedang krisis ekonomi, secara otomatis berkontribusi mengurangi ekspor produk kelapa Indonesia. 

Sambu Group, perusahaan pengolahan kelapa terpadu terbesar di asia tenggara yang berbasis di Kabupaten Inhil juga mengalami danpak dari kondisi krisis ekonomi global yang tengah berlangsung.

Para pembeli produk kelapa Sambu Group dari beberapa negara mengurangi jumlah permintaan sehingga Sambu Group terpaksa mengurangi jumlah produksinya sesuai dengan permintaan pasar.

Akibatnya, tak bisa terlekaan kondisi itu berdanpak langsung kepada penerimaan bahan baku kelapa bulat dari petani. Sambu group membuat bebijakan membatasi kouta pembelian kelapa bulat di setiap pancang yang tersebar hampir di setiap kecamatan.

Sambu Group yang memiliki kapasitas produksi mengolah dua juta butir kelapa per hari juga tidak sanggup menampung seluruh hasil kelapa petani Inhil. Sedangkan untuk negara tujuan ekspor bahan baku kelapa seperti malaysia dan thailand untuk sementara membatasi pembelian kelapa dari Indonesia.

Solusi tercepat yang memungkinkan dilakukan untuk sementara ini salah satunya petani harus mengatur masa panen agar tidak panen secara bersamaan dan tidak terjadi ledakan jumlah panen dalam jumlah banyak yang tak mampu diserap oleh perusaaan lokal yang ada di Kabupaten Inhil dan sekitarnya.

Kemudian demi menjaga agar semua pihak tidak dirugikan, misalnya antrian panjang pembongkaran kelapa di PT Pulau Sambu Sungai Guntung juga harus dihindari dan diatur sebaik mungkin, karena jika kualitas kelapa rusak maka harganya pun akan turun sesuai dengan kualitas.