Terumbu Mabloe Nan Molek

Selasa, 26 Juli 2022

Penampakan Pantai Terumbu Mabloe saat air surut

INHILKLIK.COM - Sebelum mengulas keindahan dan keunikan Terumbu Mabloe, penulis ingin memberikan beberapa kata kunci terkait pantai pohon mangrove yang ada di Desa Sungai Bela Kecamatan Kuala Indragiri (Kuindra) Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ini.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian dari kata Terumbu adalah dangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral, sering kelihatan apabila air surut.

Sedangkan untuk kata Mabloe, hingga hari ini jika dicek dalam KBBI online memang belum ada makna yang tersurat.

Sementara itu kata Nan jika dicari artinya adalah Yang dan Molek artinya adalah elok atau cantik maka jika dipadukan judul tulisan ini artinya Dangkalan Laut Mabloe Yang Cantik atau Elok.

Memang, salah satu keunikan Pantai Terumbu Mabloe ini yaitu pantainya yang terdapat tumpukan pasir Sersah bekas ribuan kerang dan siput yang mati dan pantainya akan hilang jika air laut sedang pasang sehingga hanya dapat dilihat dikala air sedang surut.

Kata Mabloe atau Mablu itu sendiri jika dibaca, adalah kosa kata asli dari Suku Duanu yang artinya Sungai Bela.

Suku Duanu merupakan suku yang termasuk kategori Komunitas Adat Terpencil (KAT) di Riau yang bahkan sudah lahir sejak zaman dulu.

Dalam rangka hari Mangrove Sedunia, Ikatan Keluarga Duanu Riau (IKDR) bersama dengan Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) serta Bangun Desa Payung Negeri (BDPN) Inhil menggelar penanaman bibit mangrove di Desa Sungai Bela tepatnya di Pantai Terumbu Mabloe, Selasa 26 Juli 2022.

Untuk mengejar air surut di Pantai Terumbu Mabloe, beberapa wartawan yang mengikuti kegiatan tersebut berangkat sekitar pukul 08.00 Wib dari Pelabuhan Pelindo Tembilahan dengan menggunakan speed boat kayu mesin 200 PK.

Tidak perlu waktu lama, sekitar pukul 09.00 Wib atau selama 1 jam perjalanan, kami sudah tiba di lokasi pantai yang dikelilingi mangrove seperti pohon bakau dan pidada, serta Perepat dan Avicennia atau lebih dikenal dengan sebutan Kayu Api-api.

Memang saat ini infrastruktur di Terumbu Mabloe belum memadai untuk dapat dijadikan objek wisata alam, tak ada pelabuhan dilokasi tersebut, hanya sebuah jerambah atau jembatan kecil yang dibuat warga dari papan dan kayu.

Namun, sebagai kabupaten yang memiliki wilayah mangrove terluas di Provinsi Riau maka Pantai Terumbu Mabloe merupakan salah satu pantai mangrove yang memiliki ciri khas tersendiri.

Selain jadi pantai pasang surut, Terumbu Mabloe juga merupakan wilayah Suku Duanu dalam mencari ikan dan kerang dengan cara menongkah.

Saya sudah pernah menongkah 2 tahun lalu, suku Duanu menongkah dengan menggunakan dua keping papan yang sudah diikat rapat yang panjangnya kira-kira 2 meter. Mereka berselancar diatas permukaan lumpur, bolak-balik menghadap segala arah dan mengayuh papan tongkah sambil satu tangan mencari lubang-lubang kerang.

Aktifitas menongkah ini tentu akan menjadi keunggulan tersendiri bagi Pantai Terumbu Mabloe sebagai Ekowisata tradisi dan budaya tempatan serta sarana rekreasi untuk para wisatawan yang berkunjung.

Dulu, Suku Duanu ini memang termasuk suku nomaden yang suka berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pulau ke pulau lain untuk mencari hasil laut, namun kini Suku Duanu sudah menetap dan menyebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Inhil seperti di Kecamatan Kuindra, Kecamatan Concong, dan Kecamatan Tanah Merah yang memang banyak memiliki wilayah pesisir.

Ketua IKDR, Hasanudin menyebutkan bahwa jarak antara Desa Sungai Bela dengan Pantai Terumbu Mabloe hanya sekitar 1.5 kilometer sehingga jika dibuat infrastruktur berupa tracking mangrove maka akan menjadi destinasi wisata yang sangat menjanjikan.

"Apalagi jika di sepanjang tracking itu dibudidayakan hasil laut khas mangrove seperti ketam, kerang dan ikan maka ini jelas akan menjadi sektor baru pertumbuhan ekonomi masyarakat," sebut Hasanuddin.

Menurut Hasan, selama ini Suku Duanu selalu menjaga keseimbangan mangrove di wilayahnya dengan cara-cara adat dan tradisional sehingga mangrove selalu ada meskipun masih banyak didapati aksi penebangan pohon bakau untuk kepentingan pembangunan.

"Kami menjaga mangrove dengan kesadaran, kami sadar mangrove adalah hidup kami sehingga kami selalu berusaha menjaga mangrove khususnya di wilayah pantai Terumbu Mabloe ini," katanya.

Dalam catatan Wikipedia memang terdapat kata 'Duane' yang artinya instansi pemerintah yang bertugas di pelabuhan udara atau laut untuk menyelenggarakan dan mengawasi semua urusan yang berhubungan dengan bea cukai. Kata 'Duane' diketahui diambil dari Bahasa Belanda yakni Douane yang artinya penjaga laut.

Wajar jika pada masa kerajaan dulu, khususnya saat masa kerajaan Indragiri masyarakat Suku Duanu dipercaya sebagai suku yang diamanahkan untuk menjaga laut dari kerusakan dan penyalahgunaan oknum-oknum tidak bertanggungjawab.

Bupati Inhil Bersama Forkopimda menanam Bibit Mangrove

Bupati Inhil, HM Wardan dalam kesempatan hari mangrove sedunia kali ini meminta kepada Bappeda Inhil agar kedepan Pantai Terumbu Mabloe dapat lebih dikembangkan dengan membuat rancangannya sehingga menjadi Ekowisata alam dan budaya Kabupaten Inhil.

"Saya perlu Camat dan Kepala Desa ini dibuatkan DED nya, kalau bisa dibuat tracking maka akan cantik dan indah sekali, ini perlu kita kembangkan sehingga jadi kunjungan wisatawan bukan hanya dari Indonesia saja bahkan dunia," harap Bupati Inhil.

Sementara itu terkait dengan kondisi dan konsep kedepan terhadap wilayah mangrove di Kabupaten Indragiri Hilir yang luas dan unik itu, Zainal Arifin Hussein selaku Direktur BDPN sekaligus Anggota Jikalahari memaparkan bahwa mangrove Inhil saat ini sangat perlu perhatian serius karena tingginya permintaan dan adanya praktek Ilegal Logging.

Hal ini juga tak bisa ditampikkan karena kondisi ekonomi masyarakat sedang sulit akibat Pandemi dan dampak perubahan iklim yang bahkan menyebabkan ribuan hektar kebun kelapa rusak sehingga hilangnya mata pencarian masyarakat.

"Perlu sinergi antara Kementerian DLHK yang memiliki kewenangan dengan Pemerintah Daerah untuk terutama dalam pengawasan serta melibatkan berbagai organisasi lingkungan dan masyarakat peduli mangrove," ujar Zainal Arifin yang juga Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indragiri.

Menurut Zainal, fungsi Mangrove selain mendukung keanekaragaman hayati yang kaya dan menyediakan habitat pembibitan yang berharga bagi ikan dan krustasea, Mangrove juga bertindak sebagai bentuk pertahanan pantai alami seperti Pantai Terumbu Mabloe terhadap gelombang badai, tsunami, naiknya permukaan laut dan erosi.

"Tanah mangrove adalah penyerap karbon yang sangat efektif, menyerap sejumlah besar karbon sehingga kerusakan mangrove di Inhil dapat menyebabkan Abrasi dan intrusi air laut, temuan kami dilapangan ada ribuan kelapa mati akibat intrusi air laut, sebut saja di Desa Tanjung Pasir Dusun Sungai Bandung dan Desa Kuala Selat, Desa Bidari Tanjung Datuk dan banyak lagi," ungkapnya.

Zainal meminta Pemerintah Daerah agar mendukung secara maksimal program Rehabilitasi Kawasan Mangrove dengan memfasilitasi terbentuknya Desa Peduli Mangrove (DPM) dan Lembaga Pengolaan Hutan Desa (LPHD) yang nantinya akan memperkuat pelestarian dan pengawasan kawasan hutan desa.

"Kita harap pemerintah daerah dapat dengan maksimal memperjuangkan program-program Rehabilitasi Kawasan Mangrove yang berada di KLHK dan BRGM,  Program Riau Hijau dan lainnya," pungkasnya.

Maka sesuailah jika tulisan ini ditutup dengan kutipan pantun karya suku Duanu dalam menjaga dan melestarikan laut serta pantai dalam mencari nafkah.

"Sango Batang Sango Ulo, Tempat Duanu Mur Tiangan, Mari Bersamo Kito Menjago, Pantai Mabloe Pantai Harapan"