Selama 2014, Riau Inflasi 8,65 Persen

Jumat, 02 Januari 2015

post

INHILKLIK.COM, PEKANBARU - Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan selama Januari hingga Desember 2014 terjadi inflasi di Provinsi Riau sebesar 8,65 persen atau terjadi penaikan indeks harga konsumen dari 110,36 pada Desember 2013 menjadi 119,90 pada Desember 2014.

"Inflasi Riau itu lebih tinggi daripada inflasi nasional yang selama 2014 sebesar 8,36 persen," kata Kepala BPS Riau Mawardi Arsyad di Pekanbaru, Jumat.

Inflasi di Riau dihitung dari gabungan inflasi di tiga kota, yakni Pekanbaru, Tembilahan, dan Dumai.

Kota Pekanbaru selama 2014 mengalami inflasi 8,53 persen atau terkadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 110,16 pada bulan Desember 2013 menjadi 119,56 pada bulan Desember 2014.

Kota Dumai mengalami inflasi juga sebesar 8,53 persen, sedangkan Kota Tembilahan mengalami inflasi terbesar selama 2014, yakni sebesar 10,06 persen.

Besarnya sumbangan atau andil inflasi selama 2014 di Riau menurut kelompok pengeluaran terdiri atas kelompok bahan makanan sebesar 1,91 persen, kelompok makanan jadi 2,19 persen, kelompok perumahan 1,19 persen, kelompok sandang 0,26 persen, kelompok kesehatan 0,22 persen, kelompok pendidikan 0,22 persen, dan kelompok transportasi 2,66 persen.

Jenis barang dan jasa yang dominan memberikan sumbangan inflasi selama 2014 di Riau, di antarnya bensin (premium dan pertamax plus) dengan andil sebesar 0,71 persen; tarif listrik 0,63 persen; piring 0,57 persen; rokok kretek filter 0,33 persen; cabai rawit, beras dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,29 persen; kue kering berminyak dan bahan bakar rumah tangga masing-masing sebesar 0,24 persen.

Meski begitu, dia mengatakan bahwa inflasi di Riau selama dua bulan terakhir, khususnya sejak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tergolong bisa diredam. Pada bulan Desember 2014, inflasi di Riau sebesar 1,69 persen, atau lebih rendah daripada inflasi nasional yang hampir mencapai 2,5 persen.

 "Pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah, saya nilai berhasil meredam inflasi pada dua bulan terakhir," ujarnya.

Ia menyebutkan tiga kota di Riau yang selama ini dihitung tingkat inflasinya tercatat inflasi di bawah 2 persen.

"Dari 23 kota di Sumatra, rata-rata semua inflasi sekitar 2 persen, sedangkan tiga kota di Riau, yakni Pekanbaru, Tembilahan, dan Dumai berada di bawah itu," katanya.

Menurut dia, inflasi pada bulan Desember penyebab terbesarnya berasal dari sumbangan kelompok transportasi, kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, dan kelompok bahan makanan. Namun, inflasi masih bisa dikontrol.

"Kita bisa mengerem kenaikan harga karena kenaikan harga kelompok transportasi, makanan jadi, dan bahan makanan dilakukan secara bertahap, mulai dari September sudah naik hingga Desember naik lagi. Ini yang disebut latah, penyakit dari pedagang kita mungkin karena nasionalismenya rendah. Ketika harga BBM sudah diturunkan, harga jual tetap susah turun," ujar Mawardi. (antara/halloriau)