INHILKLIK, - Jumlah penderita penyakit jantung saat ini sangat besar. Penyakit ini juga menjadi penyebab kematian tertinggi. Prevalensi penyakit jantung koroner menjadi yang terbanyak dari semua penyakit jantung lainnya. Bahkan, penderita jantung koroner juga semakin muda.
Dokter bedah toraks dan kardiovaskular Brawijaya Hospitals, dr Sugisman mengatakan, usia penderita jantung koroner juga semakin muda. Hal ini berbeda dengan 10 tahun yang lalu, ketika penyakit jantung koroner banyak diderita oleh kalangan orang tua di atas 50 tahun atau 60 tahun.
“Sekarang cenderung di usia 20 atau 30 tahun karena penyumbatan pembuluh darah koroner. Jadi jangan heran, pada periode yang akan datang usia penderita jantung koroner akan makin muda. Mungkin karena lifestyle dan perubahan gaya hidup yang lebih senang makan junk food, fast food, dibandingkan dengan makanan-makanan sehat yang lain,” ungkapnya dalam “Meet With The Expert" yang digelar Brawijaya Healthcare di Jakarta, Kamis (1/8/2024).
Dokter Sugisman melanjutkan, penyakit jantung koroner bisa diterapi dengan dua cara, yaitu non-surgical dan surgical. Metode non-surgical dilakukan oleh kardiologis dengan melakukan intervensi melalui pemasangan ring atau stent jantung.
“Jika ada pasien dengan penyakit jantung koroner yang sudah tidak memungkinkan untuk pemasangan ring atau stent akibat jumlah sumbatan yang banyak, maka akan diarahkan dilakukan tindakan bypass koroner yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah jantung,” terang dr Sugisman.
Sementara, pada kesempatan yang sama, dokter spesialis jantung ternama sekaligus Chairman of BraveHeart Center, Brawijaya Hospitals, Dr dr Muhammad Yamin mengatakan, secara umum penyebab penyakit jantung terbagi atas kelompok umur, yaitu kelompok umur muda (di bawah usia 40 tahun) dan kelompok umur tua (di atas 40 tahun).
Untuk kelompok umur di bawah 40 tahun, umumnya penyebab penyakit jantung adalah kelainan bawaan, listrik jantung atau kanal ion jantung, dan kelainan struktur organ jantung.
“Kalau listrik jantung yang paling sering adalah ion-ion yang mengatur kelistrikan jantung mengalami mutasi genetik yang mengakibatkan dengan pencetus tertentu seperti olahraga, berenang, atau karena kebisingan. Ion itu bisa memicu irama jantung yang kacau yang bisa mengancam atau membuat denyut jantungnya berhenti,” jelasnya.
Sementara, pada kelainan struktur organ jantung yang dibawa sejak lahir sudah tebal, karena adanya kelainan gen-gen yang mengatur otot jantung. Otot yang tebal tersebut berpotensi membuat kelistrikan jantung itu korsleting.
Pada profesi atlet, karena sering berlatih lebih keras dari biasanya, otot yang awalnya sudah tebal, menjadi lebih tebal. Maka, semakin tebal otot jantung, akan semakin mudah untuk korsleting.
Untuk kelompok di atas 40 tahun, penyebab kematian mendadak yang paling sering adalah serangan jantung yang sering disebut penyakit jantung koroner.
“Jadi tidak semua serangan jantung adalah henti jantung dan tidak semua henti jantung adalah serangan jantung. Jadi, serangan jantung bisa bisa bikin henti jantung, tetapi henti jantung belum tentu karena serangan jantung,” pungkas dr Muhammad Yamin.