INHILKLIK, - Harga emas stagnan pada perdagangan Rabu (7/8/2024), walau sempat naik di awal perdagangan. Hal itu karena tekanan kenaikan dolar dan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah masih mendukung harga emas.
Melansir Reuters, Kamis (8/8/2024), harga emas spot tetap stabil di US$ 2.388,16 per ons, setelah sebelumnya sempat naik hingga 0,7% di awal perdagangan. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS sebagian besar tidak berubah pada US$ 2.432,40 per ons.
Nilai dolar AS naik sebesar 0,2% terhadap mata uang utama lainnya. Sementara imbal hasil obligasi AS 10 tahun juga menguat sehingga menekan harga emas.
"Saya pikir koreksi kemungkinan besar terjadi jika data ekonomi menunjukkan bahwa kekhawatiran resesi memang berdasar. Namun, harga emas kemungkinan akan mencapai rekor tertinggi baru dalam beberapa bulan mendatang," kata analis utama Gainesville Coins Everett Millman.
Laporan pekerjaan yang lemah minggu lalu membuat traders memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar hampir 105 basis poin pada akhir tahun, dengan kemungkinan 100% pemangkasan suku bunga terjadi pada September.
Pada Selasa (6/8/2024), pemimpin Hizbullah berjanji untuk memberikan respons kuat dan efektif terhadap pembunuhan komandan militernya oleh Israel minggu lalu, apa pun konsekuensinya. Emas dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian geopolitik dan ekonomi, serta cenderung menguat dalam lingkungan suku bunga rendah.
"Data klaim pengangguran pada Kamis (8/8/2024) akan menjadi fokus pasar untuk konfirmasi perlambatan angka ekonomi, terutama ketenagakerjaan," kata kepala strategi komoditas di TD Securities Bart Melek.