Anggota Kelompok Tani di Inhil Alami Penganiayaan Berat, Diduga Dianiaya Oknum Aparat

Rabu, 28 Agustus 2024

TEMBILAHAN – Sudarmono (35) tampak terbaring lemah tidak berdaya di tempat tidur ruangan Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Puri Husasa (PH) Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil), Riau, Selasa (27/8) siang.

Sudarmono mengeluhkan sesak nafas dan nyeri yang hebat di bagian kepalanya akibat benturan sehingga mengalami luka dalam.

Berdasarkan keterangan dokter jaga IGD RSUD PH Tembilahan, pasien tersebut mengalami keluhan sesak karena berdasarkan keterangan pasien diinjak oleh orang tidak dikenal (OTK).

“Kita udah lakukan pemeriksaan (Sudarmono), dari rontgen tidak ada patah tulang atau apa, terus pasien mengeluh nyeri kepala karena benturan,” ujar dr Merina Andini.

Sudarmono merupakan anggota Kelompok Tani Kemuning Sawit Unggul Desa Sekayan, Kecamatan Kemuning, Kabupaten Inhil, dirinya di duga menjadi korban kekerasan oleh orang tidak dikenal di pos lahan perkebunan sawit.

Sudarmono tidak sendiri, 3 orang rekannya yang berada di pos juga menjadi korban penganiayaan oleh OTK pada kejadian Senin (26/8) malam tersebut. 3 orang rekannya yaitu, adik Sudarmono bernana Ronal (29), Yusri Azhar Hasibuan (52) dan anaknya Didik Supriadi Hasibuan (20).

Kondisi Sudarmono yang paling parah dari rekan – rekannya yang lain, sehingga harus menjalani observasi dan di pindah ke ruang rawat inap.

“Korban di pukul menggunakan besi sawit di bagian kepala. Saat ini kita observasi untuk di rawat, karena bagian kepala,” ujar dr Merina.

Berdasarkan pemeriksaan dokter, Ronal (30) juga mengaku dipukul menggunakan besi pada pipi sebelah kanan dan tapak luka lecet begitu juga pada pipi sebelah kiri.

Selanjutnya korban Didik Supriadi Hasibuan (17) mengeluhkan nyeri pada hidung dan hasil rontgen karena benturan yang menyebabkan pembuluh darah di hidungnya pecah sehingga menyebabkan bengkak pada hidung.

Terakhir Yusri Azhar Hasibuan (52) mengeluh luka gores pada pipi sebelah kanan itu di akibatkan benda tajam.

Menurut Pengakuan Ronal, sebelum kejadian naas tersebut dirinya bersama rekan – rekannya tersebut sedang menjaga sawit di pos perkebunan tepatnya di Dusun Semaram sekitar pukul 23.00 Wib.

Namun tiba – tiba mereka diserang oleh sejumlah OTK berpakaian preman yang mengaku sebagai oknum aparat TNI.

“Kami kerja tiba – tiba datang ramai – ramai sekitar 30 orang, kami tidak tau permasalahannya, kami langsung di pukuli,” ujar Ronal kepada awak media di RSUD PH.

Lebih lanjut korban lainnya Yusri mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan yaitu kekerasan di pos tersebut dengan kondisi tidak menggunakan baju serta diikat.

Tidak sampai disitu, dari area perkebunan mereka lalu dibawa menggunakan sekitar 6 mobil menuju Tembilahan.

“Saya sama ronal satu mobil. Handphone kami di rampas, saya tahan tambah dipukuli, Darmono pecah hpnya,” ucap Yusri.

Menurut Yusri, dalam perjalanan menuju Tembilahan dirinya juga mendapatkan penganiayaan pemukulan di dalam mobil, tepatnya saat konvoi mobil sempat di hadang oleh mobil patroli polisi tepatnya di depan Polsek Tempuling.

“Saat di Tempuling dalam mobil saya di pukul juga. Mereka bilang saya mungkin yang melapor sama bos sehingga mereka (polisi) tau,” imbuhnya.

Yusri menambahkan, setelah menempuh perjalanan panjang mereka pun di bawa ke Makodim 0314/Inhil beserta 4 unit sepeda motor milik mereka.

Yusril meyakini tempat mereka dibawa itu Makodim karena saat diikat dan akan dibawa, diantara para pelaku menyebutkan 'bawa saja ke Kodim'. Selain itu, dia juga tahu itu adalah Makodim 0314 Inhil karena sering kesana.

“Sekitar jam 2 pagi kami sampai di Kodim. Sepeda motor kami di tahan, saat ini masih di kodim, handphone kami juga ditahan, 2 sudah dikembalikan, 1 handphone milik Darmono rusak ,” pungkasnya.

Sementara itu, kerabat korban Nasrul mengakui mendapatkan informasi perihal penganiayaan yang dialami rekan – rekannya di kelompok tani tersebut pada pagi harinya.

“Saya di telpon dapat informasi mereka di Kantor kodim sekitar pukul 10.00 Wib pagi tadi. Kami bawak korban ke RSUD, arahan dari kodim melapor ke polres,” tuturnya.

Nasrul mewakili korban dan Kelompok Tani Kemuning Sawit Unggul menegaskan bahwa pihak mereka akan membawa kasus penganiayaan ini ke ranah hukum.

“Terkait kasus hukum nanti dengan pengacara kami, mungkin anak-anak ini mau divisum dulu, langkah selanjutnya kami mungkin ada laporan resmi kami,” pungkasnya.

Hingga berita ini ditulis belum ada keterangan resmi dari pihak terkait terkait kejadian penganiayaan yang menimpat 4 anggota kelompok tani ini. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, kekerasan ini terjadi karena berlatar belakang kasus lahan.

Saat ini, para korban telah membuat pengaduan ke Mapolres Inhil, atas aksi kekerasan yang dialami mereka tersebut.

Setelah melapor ke Polres Inhil, korban didampingi kerabat juga membuat laporan ke Subdenpom 1/3 – 2 Tembilahan karena ada dugaan pelaku adalah oknum aparat TNI. (Tribupekanbaru.com).