INHILKLIK - Festival Siak Bermadah (FSB) 2024 selesai diselenggarakan, perayaan FSB tahun ini tak banyak perbedaan dari tahun sebelumnya namun mendatangkan dua penyanyi papan atas yaitu Charlie Van Houten mantan vokalis ST12 dan Baby Shima jebolan Liga Dangdut Indonesia (LDI) asal Malaysia.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Siak Tekad Perbatas Setia Dewa sebagai panitia penyelenggara mengatakan, FSB tahun ini sengaja mengundang dua orang artis dan penyanyi dalam rangka memeriahkan HUT ke-25 tahun atau usia perak Kabupaten Siak.
"Biasanya kan di opening ceremony saja, karena ini Silver Anniversary Siak kita buat konsernya pas pembukaan dan penutupan," katanya dikonfirmasi, Ahad (13/10/2024).
Baby Shima tampil di acara pembukaan pada 9 Oktober sedangkan Charlie Van Houten tampil di acara penutupan pada 12 Oktober 2024.
Tak tanggung-tanggung, biaya yang dikeluarkan untuk mengundang dua penyanyi papan atas itu mencapai Rp500 juta. Itu dianggarkan dari APBD murni Kabupaten Siak tahun anggaran 2024 dan dikerjakan oleh Event Organizer (EO).
"Untuk artisnya tak sampai segitu, Rp500 juta itu inklud untuk semuanya kan ada band penggiring juga kita undang, ya udah masuk itu lah," kata Tekad.
Dalam alokasi anggarannya, nilai itu masih setakat pembiayaan dua artis penyanyi dan band penggiring saja, belum termasuk biaya keseluruhan penyelenggaraan FSB. Dalam rangkaian kegiatannya FSB 2024 menampilkan pergelaran seni budaya dari berbagai daerah di Pulau Sumatera hingga Jawa, even ini berlangsung selama 4 hari sejak 9-13 Oktober.
Kita juga membuka bazar UMKM sebanyak 50 stand dan ada juga rumah informasi tentang pariwisata di Siak," katanya.
Meski dibuat meriah, peringatan hari jadi Kabupaten Siak yang jatuh pada 12 Oktober tiap tahunnya tak dirasakan bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah yang tinggal di wilayah kecamatan-kecamatan jauh dari ibu kota.
Bahkan banyak masyarakat yang tidak tahu kapan hari jadinya Kabupaten Siak ini, padahal sudah memasuki usia perak (Silver Anniversary) 25 tahun berdiri sejak 1999 pecahan dari Kabupaten Bengkalis.
Masyarakat merasa perayaan HUT Kabupaten Siak hanya dinikmati bagi masyarakat ibu kota kabupaten dan kalangan tertentu seperti pemerintah, ASN dan elit politik saja.
Keluh kesah itu diungkapkan Agus, warga Kerincikanan yang mengaku justru tidak tahu HUT Siak jatuh pada tanggal berapa. Padahal dia sudah berdomisili di Kerincikanan sebelum Siak jadi kabupaten.
"Saya ndak tahu pak, seumur-umur tinggal di sini gak ada perayaan ulang tahun kabupaten yang saya dengar. Saya masuk ke Siak ini sudah dari tahun 1990 jadi warga transmigrasi," kata Agus di Kerincikanan, Kamis (10/10/2024).
Ada lagi keluhan datang dari warga Kecamatan Kandis, Vivid Sirait. Ia mengaku tak pernah ikut perayaan HUT Kabupaten Siak selama ini. Dia lahir dan besar di Kecamatan Kandis namun untuk ikut merasakan kegembiraan perayaan HUT Siak berpikir ulang sebab acara selalu dibuat di Kecamatan Siak yang jaraknya jauh dari Kandis menempuh jarak 3 jam lebih perjalanan.
"Itu cuma untuk orang di Siak saja, bang. Kami ini tak pernah terlibat itu. Yang buat cuma untuk pejabat saja itu," katanya.
Lalu Helmi, warga Kotogasib yang juga merasakan hal yang sama. Dia menilai kegiatan seremonial itu tak menyentuh ke masyarakat kalangan bawah, hanya terkesan diperuntukan bagi kalangan elit politik dan pejabat di Siak.
"Seharusnya HUT kabupaten Siak adalah hari dimana masyarakat semua benar-benar merasakan kegembiraan. Ya sama halnya dengan HUT RI, semua bisa merasakannya," ujarnya.
Pergelaran HUT Siak secara rutin dilaksanakan sejalan dengan Festival Siak Bermadah (FSB) yang sudah lebih 20 kali digelar. Acara diisi dengan penampilan seni budaya dari berbagai daerah dalam dan luar Riau.
Tidak ada kurasi dari peserta yang tampil sehingga terlihat kurang berkualitas, selain itu pembukaan dan penutupannya mengundang artis atau penyanyi yang tak ada kedekatan dengan Siak baik secara sosial maupun budaya.
Kegiatan lainnya seperti bazar UMKM banyak dikeluhkan pedagang karena hanya diisi oleh lembaga pemerintah daerah ataupun yang punya relasi. Warga juga mengeluhkan parkir mobil yang dipatok Rp10 ribu.**