Pemkab Inhil diminta Tertibkan Perumahan Yang Berdiri diatas DAS

Senin, 03 Februari 2014

post

Rumah tepi sungai (Foto: Internet)
Tembilahan (Inhilklik) — Masyarakat kota Tembilahan meminta agar pemerintah kabupaten Indrairi Hilir segera lakukan penertiban terhadap perumahan-perumahan penduduk yang didirikan di Daerah Aliran Sungai (DAS). Jika hal ini tidak segera dilakukan, dikhawatirkan akan menghambat sirkulasi air dan menjadi penyebab semakin parahnya banjir pasang.

Permintaan ini disampaikan oleh salah seorang warga Tembilahan, Hery . menurutnya, saat ini sudah cukup banyak didapati masyarakat yang mendirikan bangunan tanpa memperdulikan DAS. ia merasa khawatir jika hal ini terus dibiarkan, lambat laun aliran air akan tersumbat dan pada akhirnya akan menghambat turunya air ke sungai. akibatnya, banjir pasang yang setiap tahunya melanda daerah Inhil akan semakin parah.

“Sebagai daerah pasang surut kita pastinya tidak akan mungkin mampu untuk menghindari terjadinya luapan air kedaratan. terutama disaat-saat musim pasang tinggi. namun jika aliran anak sungai lancar (parit), disaat surut, air dengan cepat dapat kembali mengalir kesungai dan tidak akan dapat menggenangi daratan lebih lama,” Ujar Herry.

Cukup disayangkan, ditambahkan Hery, sepengetahuannya, disepanjang airan sungai parit XII, sebahagian besar sudah mulai tersumbat. penyebabnya, banyak masyarakat yang didapati menambah bangunan hingga menutupi aliran sungai tersebut. ia berharap hal ini dapat segera menjadi perhatian pemerintah melalui instansi berwenang.”dulunya parit XII ini menjadi parit pembuangan utama di kota Tembilahan. namun sayang nya saat ini kondisinya sudah parah. aliran parit ini sudah tersumbat. ini harus segera disikapi oleh pemerintah,” Harap Herry

Apa yang dimintakan Hery juga diamini oleh warga Tembilahan lainnya, Ian, Warga Kelurahan pekan arba Kecamatan Tembilahan ini juga memintakan hal yang hampir senada. sudah beberapa tahun belakangan ini, dikatakan Ian, sebahagian besar daratan di kelurahan pekan arba sudah tidak pernah lagi kering. akibatnya, kawasan yang dulunya  subur itu kini tidak bisa lagi ditanami dengan tanaman produktif apapun karena tergenangi air.

“dulu pekan arba dikenal sebagai salah satu daerah penghasil buah cempedak dan beberapa tanaman daerah tropis lainnya termasuk buah kelapa. namun saat ini tanaman itu semua sudah hampir tidak terlihat karena mati. dataran di daerah ini tidak pernah kering. Hujan yang tidak terlalu lama bisa membuat daratan tergenang air hingga berminggu-minggu. kondisi ini semakin parah disaat tibanya pasang tinggi,” Keluh iyan.

Tahun anggaran 2013 yang lalu ditambahkan iyan, memang sudah dilakukan pelaksanaan proyek normaliasi aliran parit xii. namun pengerjaan proyek yang menelan dana APBD Inhil ratusan juta rupiah itu terkesan mubajir karena tidak dikerjakan dengan maksimal. normaliasi hanya dilakukan dibagian tengah parit dan kedua ujungnya tidak menembus ke sungai. akibatnya kini aliran parit xii, khususnya yang membentang di keluarahan pekan arba tidak ubahnya bak kolam. tidak mengalir. pungkas iyan. (*)




Source: detikriau.org