Tembilahan (Inhilklik) – Sulitnya mencari penghidupan layak di
pedesaan membuat arus urbanisasi masyarakat cenderung meningkat dari
tahun ke tahun. Impian untuk merubah nasib dan mendapat pekerjaan lebih
baik selain bertani dan berkebun, membuat masyarakat mencoba mencari
peruntungan ke kota, termasuk Tembilahan.
Meski terkadang apa
yang diharapkan tidak sesuai dengan yang diinginkan, sebagian warga
tetap bertahan untuk melanjutkan kehidupan mereka di Tembilahan daripada
harus kembali ke desa dan menjalan aktifitas sebelumnya.
Kerawanan
sosial dengan meningkatnya kasus perampokan di banyak daerah di Inhil
sebagai dampak dari sulitnya penghidupan saat ini juga memberi andil
pada maraknya perpindahan masyarakat ke Tembilahan, selama ada rasa
ketidak nyamanan dan perasaan takut pada diri warga akan keselamatan
diri dan harta menjadikan warga di pedesaan resah dan coba mencari
ketenangan dengan pindah ke kota.
Man salah seorang warga
Kecamatan Gaung mengaku, dirinya beserta keluarga terpaksa pindah ke
Tembilahan karena factor ekonomi yang menjadi penyebab utama. Ia sudah
tidak melihat lagi peluang yang bisa dikerjakan untuk tetap bertahan
hidup di desanya.
“Untuk mencukupi biaya hidup sehari-hari saja
sangat sulit, semntara untuk mencari pekerjaan lain selain dari bertani
dan berkebun. Karena itu, dari pada menatap masa depan yang tidak jelas,
lebih baik mencoba hidup di Tembilahan, mana tahu dapat pekerjaan yang
lebih baik,” kata Man seperti dilansir utusanriau.com.
Dikatakannya, sejak usaha kayu di
Kecamatan Gaung banyak yang tutup, juga berimbas kepada warga yang
memang banyak mengantungkan hidup pada usaha kayu tersebut. Sementara
untuk berkebun dinilai sulit, karena umunya lahan yang ada sebagian
besar sudah dimiliki oleh perusahaan.
“Mau berkebun dengan
membuka lahan baru sudah tidak mungkin, sebab rata-rata hutan yang ada
sudah milik perusahaan, jadi mau tidak mau terpaksa harus pindah kesini
(Tembilahan-red), mana tahu nantinya ada pekerjaan yang lebih baik,”
jelasnya.
Erna, salah seorang pelayan rumah makan di Tembilahan
mengaku terpaksa hijrah ke Tembilahan karena memang tidak ada pekerjaan
di kampung, apalagi untuk perempuan seperti dirinya. Dari pada
menganggur di kampung, lebih baik mencoba mencari kerja ke Tembilahan
agar ia punya penghasilan, paling tidak untuk membiyai hidup sendiri.
“Meski
cuma menjadi pelayan toko yang jelas kondisi ini jauh lebih baik dari
pada bertahan dikampung tanpa pekerjaan dan hanya memberatkan orang tua.
Sementara disini masih lumayan, paling tidak bisa untuk jajan dan kalau
lebih bisa membantu orang tua,” jelas gadis yang hanya tamatan SLTP
ini.
(UT)