Kanal

Israel memilih hengkang dari UNESCO

INHILKLIK.COM, JAKARTA - Sebelumnya cuma menggertak, kini Israel menyatakan benar-benar hengkang dari keanggotaan Lembaga Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Negara Zionis itu mengklaim alasan mereka meninggalkan organisasi itu karena kebijakan dan keputusan UNESCO dianggap secara bertahap sama saja menyerang Israel.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Israel, Emmanuel Nahshon, menyatakan pemerintah negara Zionis merasa kebijakan dibuat UNESCO sama saja berupaya menghilangkan hubungan sejarah antara orang Yahudi dengan tanah leluhurnya. Dia menyatakan surat pengunduran diri itu akan diserahkan sebelum 2017 berakhir, dan mereka baru efektif hengkang pada akhir 2018, seperti dilansir dari laman Associated Press, Sabtu (23/12).

Keputusan terakhir UNESCO yang memantik amarah Israel adalah resolusi soal status Kota Hebron. Sebab, UNESCO menyatakan kota itu sebagai situs warisan dunia. Atas keputusan itu, Israel langsung memangkas sumbangan buat UNESCO.

Israel menyunat sumbangan buat UNESCO sebesar USD 1 juta, atau setara Rp 13 miliar. Mereka beralasan duit itu bakal dipakai buat membangun museum di dalam daerah pemukim ilegal Yahudi di Kiryat Arbaa, di pusat Kota Hebron.

Keputusan penetapan Hebron sebagai situs warisan dunia berdasarkan pengambilan suara tertutup pada Juli lalu. Voting digelar setelah perwakilan Palestina mengajukan permohonan supaya PBB sudi meningkatkan status Kota Hebron. Namun, dalam pemilihan itu enam negara menyatakan abstain.

Permohonan delegasi Palestina yang isinya mencantumkan Hebron sebagai kota umat Islam membikin Duta Besar Israel buat UNESCO, Carmel Shama-Hacohen, angkat kaki dari ruang sidang. Dia beralasan situs Gua Ibrahim di Hebron juga salah satu tempat suci bagi kaum Yahudi.

Dalam kepercayaan Yahudi, Hebron adalah kota terpenting kedua. Sedangkan bagi umat Islam, tempat itu adalah salah satu dari kota suci. Namun, kini kota itu terbelah. Sebagian dicaplok Israel dan lainnya dikontrol Otoritas Palestina.

Akan tetapi, Israel menolak mematuhi keputusan UNESCO. Padahal sebelumnya, Komite Situs Warisan Dunia sudah menolak klaim negara zionis itu atas Kota Tua Yerusalem.

Keputusan UNESCO itu langsung ditentang oleh sejumlah petinggi Israel. Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu, menyatakan hal itu sebagai khayalan.

"Hanya di wilayah Israel, seperti Hebron, kebebasan beragama dijamin. Di tempat lain di Timur Tengah, masjid, gereja, sinagog dihancurkan. Kami tetap akan menjaga Gua Ibrahim, kebebasan beragama dan kebenaran," klaim Netanyahu.

Duta Besar Israel buat PBB, Danny Damon, menyatakan keputusan UNESCO adalah upaya memisahkan Israel dari akar leluhurnya, sekaligus menunjukkan sikap diskriminasi dan perlawanan terhadap bangsa Yahudi.

Menteri Pendidikan Israel sekaligus Kepala Komite Nasional UNESCO, Naftali Bennett, mengecam keputusan organisasinya. Menurut dia, ikatan personal antara kaum Yahudi dan Hebron lebih kuat ketimbang keputusan diambil UNESCO.

Meski demikian, Otoritas Palestina justru bersuka cita atas keputusan UNESCO menetapkan Kota Hebron sebagai situs warisan dunia. Juru Bicara Otoritas Palestina faksi Fatah, Jamal Nazzal, menyatakan hal itu adalah keadilan terhadap sejarah dan cermin sikap warga dunia yang melawan kebijakan Israel. Dia juga menyatakan menolak Yerusalem yang dicaplok sebagai ibu kota negara zionis.

Mei lalu, UNESCO melalui pemilihan suara juga menolak klaim kedaulatan Israel yang mencoba menetapkan Yerusalem sebagai ibu kota negara. UNESCO menyatakan sikap Israel mencoba mengubah status dari kota suci Yerusalem. Akibatnya, Israel memerintahkan PBB supaya menghentikan seluruh kegiatannya di negara zionis itu dan Palestina hingga batas waktu tidak ditentukan.

UNESCO menerima keanggotaan penuh Palestina sejak 2011, meski saat itu ditentang keras oleh Israel dan Amerika Serikat. Alhasil, hubungan UNESCO dan negara zionis menjadi tegang sejak saat itu.

Palestina lebih dulu mengajukan daftar lokasi yang terancam oleh Israel, seperti Kota Tua Yerusalem dan Hebron. Mereka menyatakan warga Israel kerap mencoret-coret, merusak, dan melakukan hal-hal lain membahayakan keberlangsungan situs itu.

Hebron menjadi rebutan antara Israel dan Palestina sejak wilayah itu dicaplok negara zionis pada 1967. Salah satu situs penting berada di sana, Masjid Ibrahim atau Gua Ibrahim, menjadi lokasi disucikan bagi umat Islam dan kaum Yahudi.

Sejak itu, Israel selalu melakukan kekerasan terhadap umat Islam beribadah di sana. Contohnya pembantaian jemaah sedang salat pada 1994. Tentara Israel juga melarang warga muslim mengumandangkan azan dari masjid. Justru orang Yahudi menggunakan masjid itu buat tempat merayakan pesta pada hari raya Passover. Kini warga Palestina juga dilarang melintas di sebagian jalanan di Hebron, utamanya Jalan Syuhada di mana dulu terjadi pertempuran antara pasukan Israel dan pejuang Palestina, dan hanya terbatas buat warga pemukim ilegal Yahudi.
(merdeka.com)

Ikuti Terus InhilKlik

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER