PILIHAN
Nazi Pernah Pakai Senjata Biologis "Nyamuk" Saat Perang Dunia II
Inhilklik.com - Sebuah studi mengungkapkan, Nazi pernah menggunakan senjata biologis berupa nyamuk pada Perang Dunia II.
Konon, tentara Nazi atau dikenal dengan SS terlibat peperangan dengan sekutu di Italia. Untuk menghentikannya, menurut sejarawan Frank Snowden, Nazi menyebar serangan wabah malaria ke wilayah musuh. Jutaan nyamuk pembawa malaria itu disebarkan tentara Nazi di sepanjang jalan menuju Roma, Italia.
Melansir Guardian, sejarawan sains Klaus Reinhardt mengungkapkan, pada Januari 1942, pemimpin SS Heinrich Himmler memerintahkan ilmuwan Institut Etmologi di Dachau untuk menciptakan wabah mematikan.
Mulanya, misi ilmuwan ini bertujuan untuk menemukan obat penangkal atas penyakit yang ditimbulkan kutu dan serangga. Karena, ketika itu tentara Nazi banyak yang terserang tifus. Ada kekhawatiran wabah ini berkembang pada kamp konsentrasi di Neuengamme.
Namun, dalam sebuah artikel jurnal imliah Endeavour, Klaus Reinhardt mengungkapkan, ternyata ada misi tersembunyi di balik penelitian itu.
Tentara SS meminta ilmuwan mengembangkan dan memelihara nyamuk terinfeksi malaria yang dapat hidup lama untuk nantinya disebarkan di wilayah sekutu. Benar saja, selama dua tahun, akhirnya pada 1944, senjata biologi itu kemudian disebarkan.
Jenis nyamuknya juga tak sembarangan. Direktur lembaga penelitian itu, kata Reinhardt, merekomendasikan jenis nyamuk anopheles, gen nyamuk yang kemampuannya dalam menularkan malaria ke manusia sangat ditakuti.
Serangan itu cukup membuat tentara Inggris dan Amerika Serikat kocar-kacir. Tapi, tentara sekutu itu mampu bertahan dari serangan biologis Nazi karena mereka diberi obat anti malaria.
Namun tidak demikian dengan penduduk Italia saat itu. Dampak penyebaran wabah ini sukses, terlihat dari banyaknya kasus malaria yang meningkat di Italia.
Pada 1943 terdapat 1.217 kasus malaria, namun setelah Nazi menyebarkan nyamuk mematikan itu, pada 1944 muncul 54.929 kasus malaria dari jumlah total populasi saat itu kisaran 245 ribu jiwa. Bahkan, sampai tahun 1950, malaria masih marak terjadi di rawa-rawa yang dikeringkan.
Sebenarnya, Jerman telah menandatangani protokol Genewa 1925, yang melarang penggunaan senjata biologi dalam peperangan. Hitler kemudian mengesampingkan penggunaan senjata biologi dan kimia selama Perang Dunia II.
Namun, Nazi melanggarnya dan mengembangkan penelitian wabah biologi itu secara diam-diam. | viva
Konon, tentara Nazi atau dikenal dengan SS terlibat peperangan dengan sekutu di Italia. Untuk menghentikannya, menurut sejarawan Frank Snowden, Nazi menyebar serangan wabah malaria ke wilayah musuh. Jutaan nyamuk pembawa malaria itu disebarkan tentara Nazi di sepanjang jalan menuju Roma, Italia.
Melansir Guardian, sejarawan sains Klaus Reinhardt mengungkapkan, pada Januari 1942, pemimpin SS Heinrich Himmler memerintahkan ilmuwan Institut Etmologi di Dachau untuk menciptakan wabah mematikan.
Mulanya, misi ilmuwan ini bertujuan untuk menemukan obat penangkal atas penyakit yang ditimbulkan kutu dan serangga. Karena, ketika itu tentara Nazi banyak yang terserang tifus. Ada kekhawatiran wabah ini berkembang pada kamp konsentrasi di Neuengamme.
Namun, dalam sebuah artikel jurnal imliah Endeavour, Klaus Reinhardt mengungkapkan, ternyata ada misi tersembunyi di balik penelitian itu.
Tentara SS meminta ilmuwan mengembangkan dan memelihara nyamuk terinfeksi malaria yang dapat hidup lama untuk nantinya disebarkan di wilayah sekutu. Benar saja, selama dua tahun, akhirnya pada 1944, senjata biologi itu kemudian disebarkan.
Jenis nyamuknya juga tak sembarangan. Direktur lembaga penelitian itu, kata Reinhardt, merekomendasikan jenis nyamuk anopheles, gen nyamuk yang kemampuannya dalam menularkan malaria ke manusia sangat ditakuti.
Serangan itu cukup membuat tentara Inggris dan Amerika Serikat kocar-kacir. Tapi, tentara sekutu itu mampu bertahan dari serangan biologis Nazi karena mereka diberi obat anti malaria.
Namun tidak demikian dengan penduduk Italia saat itu. Dampak penyebaran wabah ini sukses, terlihat dari banyaknya kasus malaria yang meningkat di Italia.
Pada 1943 terdapat 1.217 kasus malaria, namun setelah Nazi menyebarkan nyamuk mematikan itu, pada 1944 muncul 54.929 kasus malaria dari jumlah total populasi saat itu kisaran 245 ribu jiwa. Bahkan, sampai tahun 1950, malaria masih marak terjadi di rawa-rawa yang dikeringkan.
Sebenarnya, Jerman telah menandatangani protokol Genewa 1925, yang melarang penggunaan senjata biologi dalam peperangan. Hitler kemudian mengesampingkan penggunaan senjata biologi dan kimia selama Perang Dunia II.
Namun, Nazi melanggarnya dan mengembangkan penelitian wabah biologi itu secara diam-diam. | viva
BERITA LAINNYA +INDEKS
Polisi Buru Mobil Ugal-ugalan di Jalan Sudirman
INHILKLIK - Terekam video yang memperlihatkan sebuah mobil Toyota Rush melaju dengan kecepatan ti.
Warga Kampar Resah, Gajah Liar Rusak Kebun dan Masuk Perkampungan
INHILKLIK - Warga Desa Koto Tibun, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar resah. Sebab, sudah dua pek.
Menteri PANRB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Juni
INHILKLIK - Pemerintah segera memulai tahapan seleksi calon aparatur sipil negara (CASN), baik un.
Rela Terabas Lumpur, Secarik Kisah Polri Wujudkan Pemilu Damai 2024 di Pinggiran Kota Seribu Parit
INHILKLIK.COM, TEMBILAHAN - Polsek Tembilahan Hulu merupakan salah satu dari 20 .
Diduga Dibuang, Bayi Perempuan di Bagansiapiapi Ditemukan Warga di Pekarangan Rumah
INHILKLIK - Seorang bayi perempuan yang baru saja lahir dan masih lengkap dengan ari-arinya terbu.
Geger! Warga Temukan Mayat Pria Tanpa Identitas di Pinggir Jalan Yos Sudarso Pekanbaru
INHILKLIK - Sesosok mayat pria tanpa identitas ditemukan di pinggir Jalan Yos Sudarso, Km 17, Kel.
TULIS KOMENTAR +INDEKS