PILIHAN
Pembangunan Mental dan Kaitannya Dengan Komunikasi
Saipudin Ikhwan/Facebook |
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Riau
Setiap tahun alat transportasi terus bertambah dari yang milik pribadi sampai dengan transportasi umum, gedung-gedung semakin banyak, jalan raya terus diperpanjang jaraknya, hotel-hotel terus dibangun, sepertinya tak terbendung lagi pembangunan di kota-kota.pembangunan fisik yang tidak didampingi dengan pembangunan mental akan timpang dan akhirnya menjadi bumerang bagi bangsa ini. Bangsa yang besar itu tidak dilihat semata-mata dari bangunan fisiknya, walaunpun fisik menjadi sesuatu yang dapat dilihat oleh mata, tapi mental menjadi penting yang dapat dirasakan dan hidup melewati zaman.
Sering kita dengar kata mental digabungkan dengan kata lainnya, seperti mental pejuang, mental pengusaha, mental pengecut dan lain sebagainya. Kata mental merujuk pada arti jiwa atau batin manusia yang bukan bersifat badan atau tenaga. Sejajar dengan kata karakter, yaitu sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dengan orang lainnya. Karakterpun sering digabungkan dengan kata lain, seperti karakter tegas, karakter pemarah, karakter penjajah, (memang karakter penjahat seperti itu). Artinya kata mental dan karakter akan positif jika diakhirnya ada kata yang bermakna positif. Tentunya pembangunan mental ini mengarah kepada kebaikan, seperti; disiplin, rajin, pejuang, pantang menyerah, tolong menolong dan lain-lain.
Semakin meningkatnya angka kriminalitas, kenakalan remaja, penyimpangan prilaku, korupsi, kolusi, pemberontakan, terorisme dan lain lain, menunjukkan betapa bangsa ini mengalami degradasi mental. Ditengah krisis karakter dan mental positif ini perlu adanya rekayasa sosial untuk mengambalikannya, maka dari itu kita sering mendengar sebutan pembangunan mental, atau pendidikan karakter yang disebut-sebut oleh para tokoh-tokoh nasional.
Bicara soal pembangunan mental, akan melibatkan komunikasi sebagai unsur yang sangat penting. Bagaimana tidak, lihatlah, contoh ; “mental pejuang”. Pejuang adalah sebuah kata (simbol), yang memiliki arti/makna, secara general diartikan oleh banyak orang sebagai sifat pantang menyerah dan setia serta rela berkorban untuk apa yang diperjuangkannya. Arti dan makna pejuang ini harus
disampaikan/tersampaikan/ditangkap oleh orang agar ia memiliki mental pejuang. Proses penyampaian ini adalah proses komunikasi.
Dalam komunikasi kita mengenal istilah konsepdiri, konsep diri adalah bagaimana kita memaknai dan mempersepsikan diri kita sendiri. Kita akan memiliki kecendrungan bersikap seperti bagaimana konsep diri kita. (baca:konsep diri). Untuk membuat orang memiliki mental pejuang orang tersebut harus memiliki konsep diri pejuang. Konsep diri ini akan sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, orang-orang yang berkomunikasi dengannya, dan makna pesan-pesan yang ada dikepalanya.
Mental pejuang seperti yang dicontohkan diatas dapat dilihat dari tindakan (konatif), tidak ada orang yang dikatan memilih mental perjuang tapi sudah menyerah sebelum bertarung, karena ujung dari sebuah proses pembentukan mental adalah aplikasi dari mental itu sendiri. Namun sebelum sampai kepada efek konatif (tindakan), pesan pejuang ini terlebih dahulu akan memberikan efek kognitif (pengetahuan) dan afektif (emosional). orang harus mengetahui tentang pejuang baru ada rasa ingin ingin menjadi pejuang dan sampai pada akhirnya ia bertindak seperti pejuang.
Kembali pada pembangunan mental. Di negara sebesar Indonesia yang memiliki ribuan suku bangsa tentunya perlu sebuah rancangan komunikasi secara masif dan terstruktur agar pesan mental (positif yang diinginkan) dapat sampai dan memberikan efek hingga kepada tindakan. Akan ada banyak jenis komunikasi yang digunakan agar pesan sampai ditengah masyarakat yang majemuk ini, mulai dari komunikasi interpersonal, hingga komunikasi media.
Dewasa ini media elektronik adalah alat yang paling relevan untuk menyampaikan pesan secara masif kepada khalayak. Namun bukan berarti yang lain tidak relevan lagi. Media seperti televisi, surat kabar, radio dan internet menjadi penting karena kemampuannya untuk menyentuh khlayak secara luas, namun efeknya belum tentu sampai pada tahap konatif. Akan terjadi sebuah proses penyesuaian dengan lingkunngan sekitar, dan ini sangat bergantung pada respon sosial yang ada.
Penegakan hukum mungkin dapat membuat seseorang berubah. Efek jera yang diberikan hukum sangat baik, namun bukan berarti agar tidak ada lagi orang yang merampok semua orang harus merampok dulu agar semuanya merasakan hukuman supaya timbul efek jera.Sejujurnya alangkah lebih baik mencegah dari pada mengobati. Ketegasan dan kesamarataan hukum merupakan kewajiban, namun yang lebih penting bagaimana orang yang tidak melakukan kejahatan juga mendapatkan efek sehingga tidak ingin melakukan kejahatan seperti yang sudah dihukum.
Lupakan sejenak satu paragraf diatas, ayo kita lihat beberapa negara yang mengangkat identitas bangsa (mental positif) dengan menggunakan media. Sebelumnya kita hubungkan dengan komunikasi pemasaran. Mental kesatria misalnya, adalah sebuah ide atau gagasan yang ingin kita pasarkan, dengan tujuan agar dikemudian hari mengakar ditengah-tengah masyarakat. Tentunya kita harus masuk pada bauran pemasaran yaitu: Produk, price, place, promosi. Dalam hal ini kita sepakati bahwa produk yang akan dipasarkan adalah (mental kesatria), lalu berapa harganya, dimana saja produk itu bisa didapatkan, dan sebepara menarik promosinya sehingga produk itu dibeli oleh konsumen. Selain melirik pada bauran pemasaran, kita juga harus melihat pada segmentasi mana, siapa targetnya dan posisioning apa yang ingin ditanamkan pada target pasar.
Sungguh menarik untuk dikaji, jepang melakukan hal ini berpuluh-puluh tahun yang lalu. Bagaimana jepang memasarkanmental kesartia (produk), lalu dengan murah dapat dibeli (harga) cukup dengan menghidupkan TV, dan dengan mudah bisa didapatkan, seperti dirumah (Place)) dan (promosi) melalui cerita-cerita animasi dan kartun yang sangat menarik. Lihat saja, bagaimana mental kepahlawanan ada pada cerita inoyasa, samurai X, detektiv conan, bagaimana mental pejuang sangat jelas pada cerita one peace, naruto dan lain-lain.jika melihat fenomena ini, yang menjadi target pemsaran yang dilakukan jepang adalah anak-anak, remaja dan pemuda, dengan posisioning bahwa orang jepang berjiwa kesatria.
Meski dalam beberapa hal ada yang tidak sesuai dengan bangsa kita, tetapi seharusnya kita dapat mengambil pelajaran. Dijepang, jika dompet kita terjatuh, tinggal kita cari dan masih ada di tempat dimana dompet itu terjatuh, atau paling tidak langsung ke kantor polisi kita akan dapatkan dompet itu utuh. Saya tidak katakan kebiasaan ini murni efek dari animasi-animasi itu. Tapi paling tidak ini sangat erat hubungannya, jika melihat bagaimana penelitian-penelitan menunjukkan bagaimana tontonan mempengaruhi tingkahlaku anak-anak dan remaja, yang mana mereka tidak selamanya menjadi anak-anak atau remaja. Karena pesan-pesan itu akan terus masuk dalam akal (otaknya) memberikan efek kognitif kepada banyak khlayak, dan seterusnya dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan pendidikan sehingga menimbulkan efek afektif, dan pada akhirnya konatif.
Selain jepang, india juga melakukan hal yang sama dengan mengangkat tokoh KRISNA dalam banyak kisah yang ada di televisi dengan menggunakan animasi. Malaysia juga demikian, “memasarkan” karakteristik kemelayuannya dengan tokoh kartun upin-ipin yang menunjukkan bagaimana seharusnya seorang budak melayu bersikap dan berbahasa. Lalu di Indonesia juga ada seperti Pak Raden, Si Unyil, Tokoh-tokoh legenda lainnya, bahkan setiap suku dan daerah ada tokoh khas masing-masing, namun belum dirancang menjadi pesan yang merarik. Kita harus bisa menciptakan dan merancang pesan mental ini dengan kreatif agar bisa diterima khalayak secara luas dengan menggunakan metode komunikasi hingga sampai kepada efek konatif dari mental tersebut, terutama pada generasi muda.
Diakhir tulisan ini saya ingin katakan bahwa pembangunan mental yang sangat penting ini membutuhkan keseriusan praktek dari ilmu komunikasi, tanpa menepikan ilmu lainnya. Perlu adanya usaha-usaha kreatif dan inovatif komunikasi dalam pembangunan mental. Tentunya peran civitas akademika ilmu komunikasi sangat dibutuhkan untuk merekayasa sosial dengan komunikasi. (*)
BERITA LAINNYA +INDEKS
Banjir Bandang Tewaskan 60 Orang di Afganistan
INHILKLIK - Banjir bandang akibat hujan musiman di Provinsi Baghlan di Afganistan utara menewaska.
Rahmad Tewas Diterkam Harimau saat Bekerja di Hutan Tanaman Industri
INHILKLIK - Konflik antara manusia dengan satwa kembali terjadi. Kali.
Polisi Buru Mobil Ugal-ugalan di Jalan Sudirman
INHILKLIK - Terekam video yang memperlihatkan sebuah mobil Toyota Rush melaju dengan kecepatan ti.
Warga Kampar Resah, Gajah Liar Rusak Kebun dan Masuk Perkampungan
INHILKLIK - Warga Desa Koto Tibun, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar resah. Sebab, sudah dua pek.
Menteri PANRB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Juni
INHILKLIK - Pemerintah segera memulai tahapan seleksi calon aparatur sipil negara (CASN), baik un.
Rela Terabas Lumpur, Secarik Kisah Polri Wujudkan Pemilu Damai 2024 di Pinggiran Kota Seribu Parit
INHILKLIK.COM, TEMBILAHAN - Polsek Tembilahan Hulu merupakan salah satu dari 20 .
TULIS KOMENTAR +INDEKS