PILIHAN
Pengemis Cilik Makin Marak di Tembilahan
Ilustrasi (potret-online.com) |
Ia sepertinya berusaha berbohong agar teman-teman satu profesi dengannya tidak mengetahui bahwa dia dapat uang, karena takut diminta. Dengan penuh semangat Bobo kembali memasang wajah sedih dan memasuki rumah makan disebelah untuk memainkan aksinya agar kembali dikasihani pengunjung.
Dengan berbekal gelas bekas minuman mineral, Bobo kembali melancarkan aksinya terhadap pengunjung yang sedang menikmati makanan berbuka puasa. Sambil menadahkan tangan tanpa berkata apa-apa atau hanya sekedar menyanyikan sebait lagu, seperti pengemis di kota-kota besar, Bobo berusaha memasang wajah sedih dengan harapan ada dermawan yang kembali memberi ia uang.
Namun, tidak jarang, Bobo harus menerima umpatan dari tamu rumah makan karena tidak pantas anak seusia Bobo dengan kondisi fisik normal harus melakukan pekerjaan sehina ini, yang biasanya dilakoni orangtua yang tidak mampu. Ajaran dan banyak kata dari para pengunjung tersebut tidak membuat semangatnya surut dan Ia kembali pindah ke warung lain untuk melakukan hal yang sama.
Dari pantauan, ada puluhan anak-anak yang berusia 6 hingga 12 tahun menjalankan profesi pengemis seperti ini di kota Tembilahan. Bahkan sebagian mereka masih duduk di bangku sekolah dasar dan terlihat begitu percaya diri memainkan peran sebagai pengemis cilik tersebut.
“Saya masih sekolah bang, kadang uang yang didapat dari hasil mengemis ini untuk biaya sekolah dan sisanya buat jajan. Karena mau lebaran, uang ini nantinya juga disimpan buat beli baju baru,” ujar Bobo yang mengaku, apa yang dilakukan ini tidak diketahui oleh kedua orang tuanya.
Toni, salah seorang pemilik rumah makan di Tembilahan mengaku fenomena pengemis anak-anak pengemis ini sudah cukup lama berlangsung. Pemkab Inhil melalui dinas terkait dinilai kurang dan lamban memperhatikan kondisi ini karena lebih terfokus memberantas gelandangan dan pengemis yang rata-rata sudah berumur. Sementara puluhan anak-anak pengemis tidak pernah ditertibkan. Kondisi ini semakin bertambah jumlahnya selama bulan ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
“Apa jadinya anak-anak ini nanti, kalau sekarang saja mentalnya sudah rusak karena tidak malu lagi meminta-minta. Padahal sebagian besar dari mereka sekolah. Apakah yang dilakukannya ini tidak diketahui orang tua atau guru mereka. Pemkab pun sepertinya luput untuk mengawasi fenomena ini,” ujarnya. (MC Riau/zul)
BERITA LAINNYA +INDEKS
Banjir Bandang Tewaskan 60 Orang di Afganistan
INHILKLIK - Banjir bandang akibat hujan musiman di Provinsi Baghlan di Afganistan utara menewaska.
Rahmad Tewas Diterkam Harimau saat Bekerja di Hutan Tanaman Industri
INHILKLIK - Konflik antara manusia dengan satwa kembali terjadi. Kali.
Polisi Buru Mobil Ugal-ugalan di Jalan Sudirman
INHILKLIK - Terekam video yang memperlihatkan sebuah mobil Toyota Rush melaju dengan kecepatan ti.
Warga Kampar Resah, Gajah Liar Rusak Kebun dan Masuk Perkampungan
INHILKLIK - Warga Desa Koto Tibun, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar resah. Sebab, sudah dua pek.
Menteri PANRB: Seleksi CPNS Sekolah Kedinasan Mulai Mei, CASN Juni
INHILKLIK - Pemerintah segera memulai tahapan seleksi calon aparatur sipil negara (CASN), baik un.
Rela Terabas Lumpur, Secarik Kisah Polri Wujudkan Pemilu Damai 2024 di Pinggiran Kota Seribu Parit
INHILKLIK.COM, TEMBILAHAN - Polsek Tembilahan Hulu merupakan salah satu dari 20 .
TULIS KOMENTAR +INDEKS